A Way to Love You
“Ya! Kau yeoja yang jelek, apa lebihnya kau dibandingkan aku. Tentu
saja aku lebih, oh tidak, aku ‘sangat’ lebih cantik darimu” gadis itu berucap
santai, merendahkan lawan bicaranya. Yang dihina membuang muka malas.
“ Park SoRa-shi, kuingatkan kau jangan tinggi hati seperti itu.
Daripada kau membandingkan kecantikan, hal yang sangat terdengar objektif
bagiku. Lebih baik kita membandingkan kekuatan. Kau yeoja, akupun yeoja.
Kekuatan kita mungkin seimbang, jadi mari kita berkelahi.”
SoRa membolakan matanya cepat mendengar tawaran atau lebih terdengar
seperti tantangan dari yeoja didepannya. Kim NaNa, sekarang telah siap
menerjangnya dengan kuda-kuda yang dilihat dari segi pandang seorang Park SoRa,
yeoja itu mungkin telah berlatih semacam seni bela diri selama bertahun-tahun
secara rutin. NaNa mengepal kedua tangannya kuat, ditempatkan didepan dadanya
ala petinju dunia, sedang SoRa hanya menatap ia tak percaya. Sepertinya ia
bergidik. Bagaimana tidak, seseorang sedang mengancam nyawanya sekarang,
pikirnya.
“B-ber k-kelahi? I-itu a-kan m-membuang-buang wak-tuku” SoRa
tergagap, anehnya masih dengan aksen sombongnya.
“Dan aku tidak ingin terlihat buruk setelahnya” tidak ingin dianggap
lebih bodoh lagi, sebenarnya ia sekuat tenaga mengontrol emosinya agar tidak
terlihat ketakutan.
Alih-alih menjawab, NaNa dengan senyum iblisnya terlihat semakin
menggenggam tangannya kuat hingga kemerahan. Siap meninju, “Bersiaplah
SoRa-shi.” Bisiknya pelan. Ia mulai bergerak sedang SoRa tetap terpekur tak
tahu apa yang harus ia perbuat. Dan…
“Bang!!!” Tinju NaNa ternyata tak sampai, ia terkikik sempurna
karena telah menjahili Park SoRa. Tadi yeoja itu menjerit hebat, berpikir
tamatlah riwayatnya ditangan seorang Kim NaNa. Ia sekarang benar-benar pucat
pasi. Sempurna terduduk di atas tanah.
SoRa mengelus dadanya pelan, ini sungguh menyebalkan baginya. Ia
cukup tersengal akibat keterkejutan ini. Dan lagi, pikirnya ia sekarang pasti
terlihat sangat ….. tidak elegan.
NaNa masih terkikik ketika SoRa bangkit, “Kim NaNa-shi. Aku tidak
akan memaafkanmu atas semua ketidaksopananmu ini.” bentaknya pada yeoja itu.
Kemudian bergegas membalikkan badan dan berjalan pergi memunggungi.
NaNa menatap kepergian yeoja itu dengan geli sendiri, kemudian ia
berteriak, “Ya! Park SoRa-shi. Benarkah kau tidak menyukai ketidaksopananku? Oh
dan satu lagi, jujur saja ya, wajah plastikmu itu sama sekali tidak lebih baik
dari wajahku.” Ia pun tertawa lagi setelah menyelesaikan teriakannya
SoRa sekarang tidak lagi terlihat, tinggalah ia sendirian. Ah, dia
harus segera pulang
‘Plok plok plok’ seseorang bertepuk dibelakangnya, mengharuskan ia
berbalik untuk melihat siapa yang datang. Dan terkutuklah ia menjahili SoRa
tadi, karena sekarang ia sendiri yang terkejut setengah mati melihat kedatangan
namja didepannya, lebih tepatnya pacarnya. Namja itu terus bertepuk hingga sampai
tepat didepan NaNa, “S-Seungri-ah“ ucapnya pelan menatap iris hitam namja
tampan itu. Namja itu menggeleng tak suka, NaNa tahu namja itu marah.
“NaNa-ya, tidak kusangka kau memiliki ingatan seburuk ini.” ucap Seungri
dingin juga menatap manik kecoklatan milik NaNa.
“Ini, tidak seperti apa yang kau pikirkan” kilah NaNa cepat berharap
Seungri tidak memarahinya. Tahu kalau Seungri akan sangat menakutkan ketika
marah
“Aku melihatnya, bukan memikirkannya. Apa kau benar-benar lupa
ucapanku untuk tidak menggangu SoRa lagi?” Volume suara namja itu meninggi, membuat
NaNa menunduk dalam. Ia benci Seungri memarahinya.
“Tapi dia yang mengusikku terlebih dahulu. Dan… dan… apa maksudmu
lagi Seung, aku baru bertemu dengannya hari ini” bela NaNa mengatasnamakan
dirinya sendiri yang disalahkan oleh Seungri.
“Tutup mulutmu” perintahnya masih dengan volume yang sama. NaNa
terdiam, ia terdiam karena tak bisa melakukan apapun. Ia tahu ia akan selalu
seperti ini. Lemah dihadapan namja satu ini.
Ragu ia mendongak tapi tetap dilakukannya, menatap bola mata namja
itu sendu. “Berikan aku alasan, Seung” ucapnya lemah. Seungri memicingkan
matanya, tentu saja masih dengan ekspresi marahnya “Untuk apa?” tanyanya
sarkatis
“Berikan aku alasan, mengapa aku tidak boleh mengganggunya dan
mengapa kau membelanya” Seungri sesaat mengalihkan pandangannya, tak ingin mendapatkan
tatapan menyedihkan dari yeoja itu. Seungri terdiam sejenak kemudian menatap
NaNa kembali
“Karena aku masih terus saja memikirkannya” Dalam hati Seungri
sendiri meragukan perkataannya. Ha, benarkah ia memikirkan yeoja itu? Tapi
tidak ada jawaban lain dikepalanya.
Dan jawaban Seungri, sempurna membuat yeoja itu tertohok hebat.
Menyakitkan, tidak diragukan lagi. “La-lalu, mengapa kau mengencaniku, Seung?”
lirih NaNa membuat namja itu kembali menatapnya. Seungri selalu lihai
membuatnya terluka
“Kau ingin kita berakhir?” Tanya namja itu membuat NaNa panik
seketika. Bergejolak kata ‘ya’ dan ‘tidak’ di sudut hatinya. Tapi sepertinya,
‘tidak’ lah yang memenangi gejolak itu. Ia masih sangat mencintai namja
didepannya ini.
“Tidak seung. Tidak sama
sekali” jawabnya cepat penuh penekanan. Lantas namja itu menyeringai, mengacak
pelan rambut NaNa dengan tangan kanannya dan entah mengapa hal ini benar-benar
membuat yeoja itu bahagia. Menghapus jejak menyakitkan yang namja itu buat
beberapa detik lalu, hanya dengan perlakuan kecil seperti ini?
“Pintar sekali yeoja manis. ” Tuturnya berulang tetap mengusap
puncak kepala yeoja itu. NaNa sangat tidak mengerti, bagaimana namja didepannya
ini dengan begitu mudah menyakitinya, setelah itu menghapusnya dan memberikan
rasa nyaman ketika berada disisinya. Kadangkala ada waktunya ketika ia membenci
Seungri. Tapi itu hanya sesaat, ia tak dapat memungkiri bahwa ia tak bisa cukup
lama untuk membencinya. Walau entah seberapa sering Seungri menyakitinya,
hatinya.
“Eum NaNa-ya, bagaimana jika kita minum secangkir kopi?”ajakan
Seungri membuyarkan lamunannya, mengembalikannya ke kenyataan. ‘Yang penting
Seungri sudah lebih baik sekarang.’ Batinnya cepat dan mengangguk pada namja
itu,
“Oh, kajja’
~
“Seungri-ah, kau
mau minum apa?” Kini yeoja itu bersuara, kesal pacarnya belum memesan apa-apa
sejak menduduki kursi café ini. Ia hanya berkutat dengan handphone yang
dipegangnya. Tanpa mengalihkan pandangan, Seungri berkata “NaNa-ya, pesanlah
terlebih dahulu jika kau memang sehaus itu”
NaNa mendengus pelan melihat ulah namja satu ini, bisa-bisanya ia
berbicara seperti itu padahal ia sendiri yang mengajaknya pergi minum kopi? Dan
sekarang ia lebih memilih handphonenya daripada mengobrol dengan pacarnya ini?
Tapi bagaimanapun, ia masih saja tak bisa berbuat apapun untuk menghadapi
Seungri, “Arraseo” jawabnya malas dan segera memesan satu cangkir moccachino
hangat untuk dirinya sendiri.
Tak lama gadis itu berdiri, “Aku akan pergi ketoilet sebentar”
ujarnya membuat Seungri menatapnya tajam
“Aku sedang tidak meminta persetujuanmu,” tambahnya lagi ketika
melihat respon berlebihan dari namja itu. Ia pun segera berlalu sedang Seungri masih
menatap kepergiannya
“Ingat, hanya sebentar” teriaknya pada gadis itu kemudian berkutat
dengan telpon genggamnya lagi.
NaNa kembali dari
toilet dan menemukan Seungri tengah menyesap secangkir kopi hitam kesukaannya
sambil memandang keluar jendela. Ia pun segera duduk dan juga menyesap
mocchachinonya yang untungnya masih tetap terasa hangat. Kemudian ia memandang
Seungri dalam diam. Namja itu benar-benar sempurna dimatanya. Tampan. Semua
yeoja juga pasti akan mengakui bahwa namja didepannya ini sangatlah tampan.
Tapi entah mengapa, ia, merasa bahwa ada sebuah kekurangan yang membuat
hubungannya dan namja itu menjadi hampa. Dan membosankan.
“Seung-ah” panggil NaNa pelan pada namja itu. Yang dipanggil segera
menoleh
“Wae?” jawab Seungri singkat. Memasang flat facenya yang tampan
“Tidakkah kau tau betapa aku mencintaimu?” Tutur yeoja itu pelan
tetap menatap iris Seungri dalam. Namja itu sedikit tersentak mendengar kalimat
yang terucap dari bibir pacarnya ini, dan cukup untuk membuatnya merasa sesak.
Sesak?
“Kau adalah pacarku, sudah seharusnya kau-“ NaNa segera memotong
ucapan Seungri cepat, membuat namja itu sedikit kesal
“Tapi terkadang, aku merasa bahwa hanya aku yang mencintai. Eum,
setidaknya itu yang kurasakan selama ini.”
“Maksudmu?”
“Maafkan aku Seung, tapi aku selalu ragu apakah cintamu untukku
sebesar cintaku untukmu” masih dengan kelembutan NaNa berujar,“Aku ingin kau
mengatakan bahwa kau mencintaiku Seung. Cukup untuk membuktikan bahwa kau juga
mencintaiku.” pintanya pelan, berharap ada kata ‘aku mencintaimu’ akan keluar
dari bibir namja itu.
“Aku benar-benar tidak mengerti apa maksudmu NaNa-ya. Aku harus
pergi” dalih namja itu cepat dengan raut jengkelnya dan memutuskan untuk pergi.
Sekali lagi, Seungri kembali melukai hati gadisnya.
NaNa tersenyum pilu, namja itu mungkin memang tak pernah
mencintainya. Mungkin ia terlalu cepat menarik kesimpulan. Tapi jika itulah
kenyataannya, setidaknya ia cukup siap. Kembali menyesap moccachinonya, NaNa
bergumam pelan, “Sanggupkah aku melepasnya Tuhan?”
~
‘Ada yang harus kita bicarakan, antara kau dan aku. Mungkin masalah
ini akan benar-benar selesai jika kau datang. Aku butuh permintamaafan mu. Jika
tidak, jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu pada Seungri. Kau mau bertemu
denganku kan NaNa-shi? Temui aku besok setelah jam makan siang ditempat
kemarin, oke?’ Begitulah isi sebuah pesan singkat yang dikirim seseorang pada
NaNa. Nomor tak dikenal, tapi tak usah diberi tahupun, NaNa sudah tau pasti
siapa si pengirim pesan tersebut. Siapa lagi kalau bukan Park SoRa.
Ia meremas handphonenya geram setelah membaca pesan tersebut. Ia
marah dan mengutuk yeoja itu dalam hati. Sekarang ia tidak akan menjahilinya
lagi dengan pukulan tak sampainya. Kali ini yang sesungguh-sungguhnya, ia akan
menghajar yeoja itu nanti.
Barang semenit handphonenya berdering kembali, Seungri menelponnya,
“Seungri-ah” panggilnya segera ketika mendengar kebisingan
diseberang sana
“NaNa-shi?” Tapi bukan suara Seungri yang didapatnya, melainkan
suara seorang yeoja. NaNa segera menyingkirkan pikiran-pikiran negatifnya yang
tiba-tiba saja bermunculan
“Eum nugu? Seungri dimana?” ia berusaha untuk setenang mungkin walau
sebenarnya ia sangat cemas
“MinJi imnida. NaNa-shi, tadi pemilik handphone ini tiba-tiba tak
sadarkan diri. Dia minum terlalu banyak dan sekarang ia pingsan. Kau bisa
menjemputnya?” Dan NaNa benar-benar tercengang, bukan karena keadaan Seungri
sekarang ini, tapi karena namja itu membohonginya. NaNa ingat betul Seungri
berkata beberapa hari yang lalu ia sudah sepenuhnya berhenti minum alkohol dan
tak akan pernah menyentuhnya sedikit pun lagi. Tapi nyatanya, beginikah namja
itu dibelakangnya? Terus meyakinkan suatu hal padanya dan kemudian dengan mudah
melanggarnya? Seperti biasa rasa sesak lagi-lagi bergejolak dirongga dadanya.
Sesak ini selalu datang, setiap kali Seungri melukai hatinya.
“NaNa-shi?” panggil MinJi lagi karena tak mendapat respon olehnya
“N-ne, dimana?”
“VIP Club” tutur yeoja itu cepat yang sukses membuat NaNa tersentak
untuk kedua kalinya
“Club? Seungri pergi ke club?” tanya NaNa tak percaya, pikirnya
Seungri minum disebuah kedai biasa tapi nyatanya ia sekarang berada di sebuah
club? Berada di club yang dipenuhi oleh yeoja-yeoja seksi yang akan setia
menggodanya? ‘Seungri dimana pikiranmu?’ teriaknya dalam hati
“Ne, wae?” jawab yeoja diseberang telepon itu heran
“A-ani, terimakasih karena telah menghubungiku”
“Cheonmanayo, aku hanya menekan fi-”
Tiit- panggilan pun terputus sebelum MinJi menyelesaikan
perkataannya
~
Yeoja itu mengemudikan mobil pacarnya
gila-gilaan. Untungnya, jalanan malam ini cukup lenggang mengingat sekarang
hampir tepat tengah malam. Ia melirik ke kursi belakang, Seungri masih belum
sadarkan diri. Sepertinya memang ia terlalu mabuk malam ini. Ditengah mengemudi
NaNa benar-benar ingin muntah, bau alkohol dari tubuh namja itu sungguh
menyengat hidungnya, mencemari udara didalam mobil ini juga pada akhirnya. Ia
tiba-tiba merasa pening, lantas bersumpah tak akan pernah mau mendekati minuman
satu ini seumur hidupnya. Alkohol. Heran mengapa Seungri sangat menikmatinya.
Sampai di apartemen namja itu, NaNa segera
mencari pertolongan. Berpikir tidak mungkin ia dapat menggendong atau
mengangkat Seungri sendirian sedang ia tahu tubuh namja itu lebih besar
dibanding tubuhnya. Beruntunglah ia, seorang pria penghuni salah satu kamar apartemen
membukakan pintunya ketika NaNa menekan bel, ia pun segera meminta tolong pada
pria itu dengan wajah memelasnya. Dan setelah Seungri telah sempurna berada di
tempat tidur kamar apartemennya, NaNa mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya
pada pria baik hati itu dan berjanji pada dirinya sendiri ia harus membalas
kebaikannya suatu hari nanti.
~
Suhu tubuh Seungri tiba-tiba saja meninggi,
mengharuskan yeoja itu mengompresinya dengan air dingin. NaNa memutuskan
begadang malam ini—menjaga Seungri. Terkantuk-kantuk, NaNa memeras kain yang
selanjutnya kembali ditempatkannya di kening namja itu, untuk mengurangi suhu
tubuhnya. Memandangi wajah Seungri, ia bertanya kepada dirinya sendiri mengapa
ia melakukan ini semua sementara Seungri bahkan baru saja melukainya. Dosa apa
yang telah diperbuatnya sehingga Tuhan menggariskan takdirnya seperti ini. Tapi
walau bagaimanapun, ia sama sekali tak pernah menyesal telah mencintai Seungri,
sampai saat ini tepatnya.
Terkejut kemudian ia melihat air muka Seungri menggelisah. NaNa tau
Seungri masih terlelap. Ah, ia tau, Seungri pasti sedang bermimpi. Tapi apa
yang ia mimpikan? Mengapa wajahnya melukiskan raut kesedihan? Keputus asaan?
Ayolah, ia melihat dengan jelas ini semua. Dan yang membuat NaNa lebih terkejut
lagi, dalam mimpinya, bahkan terlelap sekali pun, Seungri tetap dapat melukai hatinya. Jujur
yang satu ini lebih dalam lagi.
Mengigaulah namja itu dengan suara paraunya. “SoRa-ya, kumohon
jangan pergi-”
“SoRa-ya, kau tahukan aku tidak bisa hidup tanpamu-”
“SoRa-ya, aku masih memikirkanmu-”
“SoRa-ya…”
NaNa merasakan nafasnya memburu dan detak jantungnya melaju cepat.
Tak tau apakah sekarang ia harus marah atau menangis, semua yang diucapkan
namja itu bagaikan belati yang menusuk rongga dadanya dalam. Dan sangat menyakitkan.
Ia akhirnya memilih menangis, menitipkan seluruh emosi dan perasaannya pada air
mata yang akhirnya meluap, ia menangis dalam diam sebelum akhirnya meninggalkan
kamar namja tersebut.
Kisah cinta ini, ah, mungkin tidak pantas untuk
disebut sebuah kisah cinta, melainkan hanya sebuah rangkaian perasaan yang
bodoh, membosankan, menyakitkan dan begitu menyedihkan dari sang yeoja. Yah,
NaNa memang yeoja yang sungguh menyedihkan, mempertahankan hubungannya dengan
namja itu walau ia sadar memang hati Seungri tak dapat sepenuhnya ia miliki.
Tapi toh, Seungri juga seperti mempertahankannya. Jika ia memang benar-benar
mencintai seorang Park SoRa, terbilang cukup mudah untuk kembali kesisi yeoja
itu. Oh, apakah Seungri hanya menggunakannya untuk membuat SoRa cemburu dan
kembali bertekuk lutut dihadapannya? Jika memang begitu kenyataannya, Ia tidak
akan pernah memaafkan namja itu kali ini. Tapi bisakah ia?
~
‘Sesak ini kembali lagi Seung. Aku selalu
bertanya pada diriku sendiri, mengapa sesak ini selalu datang kapadaku? Apa ia
menyukaiku? Apa ia membutuhkanku? Jika iya syukurlah, tak seharusnya aku merasa
terbebani oleh sesuatu yang menyukaiku. Setiap aku merasakan sesak ini, aku
selalu berpikir, apa boleh aku menukar sesak ini dengan dirimu? Menukarnya
menjadi dirimu yang menyukaiku dan dirimu yang membutuhkanku. Oh ya, pernahkah
kau merasakan sesak seperti yang sering kurasakan? Jika belum, aku akan
menggambarkannya untukmu. Sesak ini Seung, sejujurnya sungguh menyakitkan. Dimana
seperti ada yang menusukkan benda tajam kedadamu, seperti ada sebongkah batu
besar yang membebani hatimu dan meremukkan belulangmu. Dimana detak jantungmu akan
sulit terkendali dan darahmu berdesir hebat. Suhu tubuhmu juga akan memanas dan
kepalamu seakan siap untuk memecah. Kau juga akan sulit untuk bernafas Seung,
entah mengapa sesak ini juga akan menghimpit paru-parumu. Dan sesak ini, akan
siap untuk membunuhmu. Mungkin aku
berlebihan. Tapi aku tidak pernah berbohong sekalipun padamu kan Seung? Dan
entah suatu kebetulan atau tidak, sesak ini selalu datang setiap kau melukaiku.
Oh tidak, kau tidak pernah melukai fisikku, tapi hatiku. Jadi berhati-hatilah
Lee Seung Hyun. Jangan biarkan kau merasakan sesak ini. Cukup aku saja Seung.
Ya, cukup aku saja~’
~
Pagi yang cerah, sinar mentari mulai mencari
celahcelah jendela untuk menerobos masuk dan membangunkan siapa saja yang masih
terlelap dengan nyenyaknya. Ah ya, siapa yang tak akan bisa bangun oleh cahaya
menyilaukan mentari? Cahaya itu seakan menggelitik kelopak matamu yang sukar
sekali untuk terbuka. Dan ketika sudah sedikit terbuka, ia akan menelusup
kedalam matamu dan memanaskannya, membuat rasa yang dinamakan mengantuk itu
menjadi lenyap.
Terhitung juga namja tampan ini, ia mulai
membuka matanya dan membiarkan sinar mentari masuk kedalam matanya. Tenang
saja, itu tidak akan membahayakan penglihatannya. Sekejap itu ia mencium aroma
tak sedap entah darimana. Ia lantas langsung mencium aroma tubuhnya. Bau
alkohol yang berasal dari tubuhnya menyengat indra penciumannya. Melayang
ingatannya pada kejadian malam tadi, mencoba mengingat-ingat. Seingatnya, tadi
malam ia pergi ke salah satu club mewah di Seoul. Dan minum segelas alkohol
disana, segelas?
“Kurasa aku minum beberapa botol,” ingatnya pada dirinya sendiri. Ia
juga ingat, ia melihat seorang yeoja yang sangat ia kenal disana. Dan yeoja itu
mengandeng tangan namja disampingnya, bermanja ria pada namja itu. Ya, yeoja
itu adalah Park SoRa.
Flashback on
Seungri tetap mengawasi pasangan itu dengan
iris hitamnya. Ia memandang mereka tajam. Ketika tak sengaja SoRa menemukan
bola matanya dan mereka bertemu pandang, yeoja itu tersenyum pada Seungri
sedang Seungri lantas menatapnya tak suka, sebelum ia sepenuhnya membuang
wajah. Seungri sangat marah, ia merasa ia akan membunuh namja itu dan tentunya
SoRa sebentar lagi. Tapi, tiba-tiba ia merasakan kepalanya berdenyut hebat.
Jadi ia memutuskan untuk kembali ke apartemen dan membatalkan niat membunuhnya.
Seungri pun berdiri dan melangkahkan kaki, tapi naasnya, karena pening yang
bersarang dikepalanya, membuatnya kehilangan keseimbangan dan setelah itu ia
tidak dapat mengingat apapun lagi. Ia–mungkin-pingsan
Flashback off
Jadi, jika ia
sendiri pingsan di tempat itu, bagaimana bisa ia sekarang berada di tempat
tidur apartemennya? Tidak mungkin salah satu dari orang club yang
memulangkannya. Cih, mereka mana ada rasa belaskasihan atau rasa kepedulian
sedikitpun kepada orang lain. Oh, apakah SoRa?
Segera Seungri
mencari handphonenya untuk menghubungi yeoja itu. Benar, siapa lagi kalau bukan
SoRa yang membawanya pulang. Karena hanya dia satu-satunya yang mengenal
Seungri ditempat itu. Tapi bagaimana dengan namja yang bersamanya? Mungkinkah
ia membiarkan SoRa pergi begitu saja untuk menolong namja lain? Ah, daripada
menerka-nerka lebih baik ia bertanya dan memastikan.
Setelah ia
mendapatkan handphonenya yang ternyata berada disaku jeansnya sendiri, segera
ia tekan nomor handphone Park SoRa. Ditaruhnya handphone itu ditelinga kananya.
Matanya memandang berkeliling tapi SoRa belum juga mengangkat sambungan.
Tunggu, handphone siapa yang tergeletak di meja sebelah kiri tempat tidurnya
itu? Dibatalkannya panggilan untuk Park SoRa dan beranjak ia melihat benda
segiempat tersebut.
Bergumam. “Bukankah ini handphone… NaNa? Mengapa ada disini? Kapan ia
kesini?”
Terkejut. “Astaga! Jadi NaNa yang
membawaku pulang? Darimana ia tahu aku disana?”
‘Kemudian dimana yeoja itu
sekarang? Seharusnya, ia masih berada disini menemaniku’ ucapnya dalam hati.
Seungri segera mengambil dan
melihat-lihat isi handphone tersebut. Ada satu pesan masuk dari nomor tidak
dikenal. Melihat waktunya, jelas bahwa baru dikirim pagi ini. Awalnya Seungri
tidak berniat untuk mengetahui isi pesan tersebut, tapi apa mau dikata, tidak
ada salahnya membuka pesan itu. Siapa tahu sebuah pesan penting yang harus
segara dibalas.
‘From : 08882333xxxxx
Annyeong NaNa-shi. Ah, mengapa kau
tidak membalas pesanku kemarin? Jadi diterima tidak tawaranku? Haha, aku tahu
kau pasti akan datang mengingat betapa kau mencintai kekasihmu itu kan? Ingat
ya, datang setelah jam makan siang ditempat kemarin. Kau tahu NaNa-shi? Aku
baru saja melihat Seungri di club tadi malam dan dia pingsan. Haha, ternyata
dunia memang sempit ya? Dan persiapkan kata maafmu.’
Siapa pengirim pesan ini? lancang
sekali bicaranya. ‘Oh tunggu’ teriak namja itu dalam hati. Seungri sepertinya
mengetahui siapa pengirim pesan ini melihat ia berkata bahwa ia berada di club
yang sama dengannya tadi malam. Park SoRa? Benarkah yeoja itu? Untuk apa ia
menginginkan dirinya bertemu dengan NaNa? Diam-diam Seungri merasa cukup
penasaran. Dia harus tau apa yang akan dilakukan kedua yeoja tsb dibelakangnya,
apalagi namanya disebut-sebut oleh SoRa didalam pesan ini.
Tapi bagaimana
kabar Kim NaNa ya? Akankah ia datang menemui SoRa?
~
Yeoja itu terlihat
terlalu tegar untuk sesorang yang baru saja dikhianati oleh kekasihnya sendiri.
Ia hanya menangis sepanjang perjalanan menuju apartemennya, menangis seperti
anak kecil (meraung-raung mungkin).
Setelah sampai, ia lekas melelapkan dirinya sendiri kenaungan alam mimpi. Ia
bermimpi indah dikala tidur, yang bisa sedikit menenangkan hatinya. Jadi ketika
bangun dipagi harinya, ia segera merapikan dirinya. Rupanya menangis semalam
bukan pilihan yang buruk, melihat sekarang airmata ternyata cukup melegakan
hatinya. Selama ini, ia jarang sekali bahkan tidak pernah menangis jika Seungri menyakitinya. Ia
hanya ingin terlihat tegar dan terlihat bahwa ia baik-baik saja didepan namja
itu dan tidak ingin Seungri meninggalkannya karena menganggap ia adalah tipe
yeoja yang cengeng. Tapi memendam rasa sakit itulah yang sebenarnya selama ini
telah menyiksanya, NaNa membiarkan rasa sakit itu menetap dan menumpuknya
menjadi satu. Tumpukan rasa sakit itulah yang membuat sesuatu yang menyesakkan
menyerang dadanya. Ia bahkan baru mengetahui fakta ini.
Sekarang ia sedang mencari-cari
handphonenya, ditas, saku celana dan jaket yang ia pakai tadi malam, bahkan
dimanapun yeoja itu mencarinya, ia tak dapat menemukannya. Lantas ia berargumen
sendiri tentang ‘apakah handphone nya tertinggal di bis yang semalam ia naiki?’
atau ‘di rumah namja itu?’ Alih-alih menyangkal handphonenya ada di apartemen
namja itu dan memantapkan dirinya bahwa handphonenya tertinggal di bus semalam,
NaNa malah menyiapkan dirinya untuk mengunjungi kediaman Seungri. Setidaknya,
ini adalah kunjungan terakhirnya keapartemen namja itu. Ya, ia berencana akan
berbicara dengan Seungri untuk mengakhiri hubungan yang selama ini mereka
jalani. Geli, NaNa hampir saja akan tertawa miris mengingat bagaimana
hubungannya dengan namja itu sama sekali tidak terlihat seperti hubungan
sepasang kekasih. Datar, dingin, dan tidak menarik. Seungri bukan tipe pacar
yang romantis dan ia sama sekali tidak berniat untuk mencoba menjadi romantis.
Tidak sama sekali. Seungri bahkan tidak menyukai hal hal yang menurut orang
lain manis. Katanya, hal manis itu mengingatkannya dengan seseorang yang ia
benci. NaNa tidak tahu siapa orangnya, tapi jujur ia sangat ingin tau. Ah,
kembali mengingat itu semua akan menyulitkannya melepas namja itu. Baiklah,
tidak ada lagi acara kenang-mengenang namja itu lagi. Ia dan Seungri akan benar-benar
berakhir hari ini. Um, tapi bagaimana mengatakannya?
~
“Hah” yeoja
itu mendesah untuk yang ketiga kalinya. Ia benar-benar kesal terhadap namja
dihadapannya ini. Bagaimana tidak..
Flashback On
Kim NaNa telah
berdiri didepan pintu apartemen Seungri-calon mantan pacarnya. Ia menarik
nafasnya terlebih dahulu kemudian menghembuskannya cepat. Ketika ia bersiap
memencet bel, seseorang telah terlebih dahulu membuka pintu. Siapa lagi kalau
bukan penghuni kamar apartemen ini. Seungri menatapnya sedikit terkejut. Namja
itu tidak menyangka NaNa datang ketika ia akan menemuinya. Lantas ia tersenyum
tapi yeoja itu segera membuang muka, membuat Seungri menampilkan raut bingung
sesaat. Namun tersenyum kembali, “Aku baru mau ke apartemenmu” ucapnya riang
tapi tetap terdengar tegas
Yeoja itu akhirnya menoleh, tak
membuang rasa terkejutnya ia berkata kaku-to the point “Aku kesini ingin
mengambil handphoneku”
Seungri merogoh saku jaketnya dan
mengeluarkan sebuah benda, handphone milik NaNa, “Igeo?” ucapnya seraya
menyerahkan handphone itu. Tapi belum sempat NaNa mengambil benda itu, Seungri
sekonyong-konyong menarik tangannya kembali.
Kemudian berkata, memamerkan sikap
berpikirnya, “Hmm… tapi NaNa-ya, kupikir ada yang aneh dari sikapmu. Kau sama
sekali tidak menanyakan keadaanku ketika melihatku tadi, padahal kau harusnya
tahu kalau tadi malam aku tidak sadarkan diri. Karena kau yang menolongku kan?
Tapi omong-omong… thank’s untuk bantuannya ne” Diakhir kalimat, Seungri
tersenyum lagi. Sayangnya kali ini, NaNa tidak sempat untuk mengalihkan
pandangannya dari namja itu. Ia melihat senyum namja itu setelah cukup lama
tidak melihatnya. Bukan sebuah seringai kecil yang biasa Seungri berikan
untuknya, dan jujur, senyum Seungri benar-benar menawan. Seungri juga mengacak
pelan puncak kepala yeoja itu, membuat NaNa tiba-tiba menjadi sulit bernafas.
‘Seungri, kumohon jangan lagi!!!’ teriaknya dalam hati. Ah, Seungri benar-benar
membuatnya berada didalam situasi sulit.
Menggemeletukkan gigi. ‘Tidak,
hubungan ini harus segera berakhir. Seungri tidak mencintaiku lagi. Aku tidak
ingin diperdayanya lagi. Ini harus berakhir. Ya, harus berakhir.’ Bimbangnya
dalam hati.
Ditepisnya dengan halus tangan
namja itu, membuat pemilik tangan sedikit tertegun menatap yeoja didepannya. Belum
sempat Seungri memprotes, yeoja itu segera berujar, “Seung, ada yang harus
kubicarakan denganmu.”
Namja itu tak bergeming, menatap
yeoja yang berstatus sebagai pacarnya. Ia bersumpah dapat menangkap tatapan
sendu dari pemilik iris kecoklatan itu. Nada bicara seorang Kim NaNa pun,
terdengar begitu menyedihkan ditelinga Seungri. Dan semua ini, berujung pada
singgahnya rasa sesak di dada namja itu. Sesak lagi?
Kembali menemukan suaranya ia
berucap, “Benarkah? Baiklah, ayo kita bicara. Tapi jangan disini, aku tahu
tempat yang jauh lebih baik.”
Pemilik iris kecoklatan menolak
cepat, “Tidak usah Seung, aku janji ini tidak akan lama.”
“Ayolah, bukan masalah besar kan
jika bicara ditempat lain? Kita juga sudah lama tidak bicara banyak” namja itu
masih mempertahankan pendapatnya
Apa lagi ini? Tidak ada angin tidak
ada hujan, seorang Lee Seung Hyun mengajaknya bicara. Biasanya, yeoja itulah
yang membuat Seungri bisa berbicara lebih banyak karena faktanya namja itu
hanya bicara seperlunya saja. Sangat membosankan bukan?
NaNa berusaha keras untuk menahan
gemuruh dadanya. Karena disaat seperti inipun, Seungri masih saja bersikap
egois. Selalu apapun yang ia inginkan, harus dianggukan oleh NaNa. Dan yeoja
itu, tentunya harus selalu mengalah. Hal ini pulalah, yang ‘terkadang’ membuat
NaNa merasa lelah.
“Baiklah. Jika itu maumu-” ucapnya
pelan
‘Setidaknya, untuk yang terakhir
kalinya’ sambungnya dalam hati
Ditatapnya sendu tangan Seungri
yang menggenggam pergelangannya. Mendesah ia untuk yang kedua kalinya. Karena
lagi, Seungri kembali membuatnya bimbang.
Flashback off
“Omong-omong, bagaimana mereka bisa
menghubungimu?” Pemuda itu menatap yeoja dihadapannya santai, kemudian beralih
menyeruput kopi hitam hangatnya. Mereka berdua sekarang berada di café yang
biasa mereka datangi. Tidak terlalu ramai hari ini. Mungkin karena belum
waktunya istirahat makan siang. Taulah, hari ini adalah hari kerja.
NaNa tahu arah pembicaraan ini
menuju kekejadian malam tadi, tapi tetap saja ia memandang Seungri kesal. Ia
tahu Seungri sengaja memperlambat waktu, tahu kalau tadi NaNa telah mengatakan
bahwa ia hanya akan melakukan obrolan singkat dengannya. Meski begitu, ia tetap
menjawab, “Aku tidak tahu” benar-benar jawaban yang singkat.
Seungri tetap melanjutkan
perkataannya, sesantai nada bicara kalimat pertama, “Well, kupikir karena
mereka menekan first dial di handphoneku” Konyol sekali, namja itu bertanya
pada orang lain sedang ia sendiri tahu benar apa jawabannya.
Tertegun. “Apa?” setengah berteriak
ia pada namja didepannya
Seungri mendelik kemudian balik bertanya,
“Apanya yang apa?”
Dengan mata yang masih membola,
yeoja itu segera menggeleng-gelengkan kepalanya cepat, “Ah tidak-tidak,
sekarang berikan handphoneku dulu” kilahnya menutupi fakta bahwa ia terkejut
hebat. ‘Bukankah Seungri tidak mencintaiku? Untuk apa nomorku menjadi first dial nya? Sialan, Seungri, taukah
kau aku akan memutuskanmu ha? Jangan membuatnya sulit’ teriaknya dalam hati,
frustasi.
Seungri memberikan
benda-handphone-itu kepada pemiliknya. Yang disambut dengan rebutan cepat dari
yeoja itu, takut-takut Seungri akan kembali menarik tangannya seperti tadi.
Diceknya handphone tersebut dengan teliti, mungkin saja namja ini berbuat yang
tidak-tidak dengan benda ini.
“Tenang saja, aku tidak
mengapa-apakan handphonemu” kata namja itu melihat gelagat berlebihan NaNa
ketika memeriksa handphonenya.
NaNa mengalihkan mata cokelatnya
kepada namja didepannya, “Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu tersinggung” Oh
Tuhan, mengapa nada bicaranya terdengar seakan-akan mengejek.
Mendengar itu, Seungri sedikit
tersulut emosinya,“Ya! nada bicara macam apa itu” katanya setengah berteriak.
NaNa menatap Seungri layaknya menatap anak kecil,
“Sudah ku bilangkan, maaf” ucapnya
kali ini terdengar bersungguh-sungguh. Pemuda itu hanya mendengus kecil.
“Kali ini kumaafkan” sambungnya
ditutup dengan tarikan sudut bibirnya keatas. Oh, sungguh ia benar-benar
terlihat begitu manis jika seperti ini. Melupakan tujuan utama yeoja itu
mengapa ia menemuinya.
NaNa menggeleng-gelengkan kepalanya
lagi. Kembali memantapkan hatinya untuk mengakhiri. Pembicaraan ini mestilah
juga berakhir segera. Atau tidak…yeoja itu akan kembali terperangkap kedalam
pesona pemuda dihadapannya.
“Seung-ah”
Pemilik iris hitam menoleh sesaat
setelah menyesap kopinya. Pemilik iris cokelat memandangnya dengan tatapan
seperti biasa. Sendu.
“Wae? Jangan bicara tak jelas lagi
kali ini oke?”. Menyinggung masalah di cafĂ© kemarin, yang tak ingin NaNa
ingat-ingat lagi. Tapi ia hanya tersenyum lembut, senyuman pertamanya hari ini
dihadapan Seungri.
“Aku harap kali ini akan sangat
jelas… Seung, aku…lelah-”
Suara itu sarat akan keputusasaan,
dan kesedihan. Airmatanya ingin meluap, tapi lekas ia tahan semampunya. Hanya
satu hal yang ingin ia tunjukkan dihadapan namja ini. Bahwa ia kuat, dan tidak
lemah.
“Aku lelah mempertahankan hubungan
ini Seung, aku benar-benar lelah. Jujur aku takut kehilanganmu, tapi aku lebih
takut… kau, tidak pernah bersungguh-sungguh mencintaiku.”
“NaNa, kau mulai lagi” Ujar Seungri
dengan tidak suka. Ia terdengar gusar. Dengan memandangi bola mata yeoja itu
saja, ia merasa tertekan entah mengapa
“Seung, terimakasih…untuk semuanya.
Dan maaf. Aku ingin, kita berakhir. Ayo kita hentikan ini Seung, cukup sampai
disini saja.” NaNa mengatakannya, pada akhirnya. Dan itu berarti ia telah
melepas Seungri seutuhnya. Seharusnya ia senang telah-setidaknya berkata
seberani ini kepada Seungri. Bukankah setelah ini ia tidak perlu mendengar
Seungri menyebut-nyebut nama yeoja lain lagi? Atau menjemputnya di sebuah club
sehabis minum alkohol tengah malam lagi? Atau mengompresi keningnya sambil
menahan mual lagi? Dan yang terpenting, NaNa bahkan tidak akan tersakiti lagi
setelah ini, oleh namja itu.
NaNa menatap manik hitam Seungri
kelam, yang ditatap tak bergeming. Seungri tampak tak bisa bicara. Ia sejujurnya
cukup terkejut, ternyata yeoja ini yang akan mengakhirinya terlebih dahulu. Dan
ini, kedua kalinya ia diputuskan oleh seorang yeoja. Ya, NaNa adalah yeoja
kedua yang memutuskannya. Setelah Park SoRa. Yeoja yang paling ia benci seumur
hidupnya.
“Seungri” panggilan NaNa yang
tiba-tiba membuyarkan lamunannya.
“Kim NaNa, kau benar-benar ingin
kita berakhir? Apa kau menyesal telah menjadi pacarku?” Ada seperti perasaan
tidak rela yang keluar bersamaan dengan kalimatnya. Tapi, sepertinya NaNa tidak
melihat itu.
“Tidak Seung, aku tidak pernah
merasa menyesal telah mencintaimu. Aku, mencintaimu tanpa imbalan. Dan juga,
aku bahkan merasa bahwa aku terlalu mencintaimu. Tapi apa mau dikata? Tuhan
memang sepertinya tidak menakdirkan kita bersama.” Kim NaNa menutup kalimatnya
dengan senyuman. Meminta persetujuan dari Seungri untuk mengakhiri semua ini.
Tapi Seungri-perasaan tidak rela
terus melingkupi hatinya. Dan lagi-lagi, sesak bergemuruh didadanya ketika
mendengar yeoja itu berbicara.
Benarkah ia selama ini terlihat
begitu tidak memerdulikan NaNa? Terlihat begitu tidak mencintainya? Hingga NaNa
sampai bisa merasa lelah menjalin hubungan dengannya? Sumpah demi apapun ia
tidak pernah berkomitmen dengan seseorang bukan karena ia tidak menyukainya.
Seungri tahu ia sangat mencintai
yeoja itu.
Tapi alih-alih menolak, ia malah
berkata, “Well, baiklah jika itu yang kau inginkan”
Yeoja itu tertawa miris, didalam
hatinya. Ya, ia sudah menduga jika Seungri dengan senang hati akan menerima
keputusannya. Ia menyesal pernah meragukan keputusan ini, tadi-barusan. Sesulit
apapun ia melepas Seungri, ketibang dirinya, namja itu pasti akan merasa baik-baik
saja walau tanpa ada NaNa disisinya.
NaNa tersenyum pilu,
“Terimakasih~”ucapnya samar.
Seungri kembali tak bersuara.
Dan sekarang, NaNa bukan milik
Seungri lagi. Dan juga sekarang, ia sadar bahwa tak ada yang mesti ia bicarakan
lagi bersama yeoja itu. Cukup, cukuplah ucapan ‘terimakasih’ yang terlontar
dari yeoja itu tadi yang mengakhiri pembicaraan mereka.
NaNa berdiri dan membungkuk kecil,
“Aku pergi dulu” ucapnya berlalu. Entah sejak kepan, sebuah perpisahan bisa
membuat seseorang menjadi lebih formal kepada orang lain, termasuk kepada
mantan pacar?
Entahlah, NaNa hanya merasa, bahwa
Seungri sekarang bukan siapa-siapanya lagi.
“Eh, tunggu. Coba periksa kotak
masuk pesanmu. Ada pesan masuk pagi tadi, aku tidak sengaja membukanya.” Ucap
Seungri, membuat NaNa tergopoh cepat membuka pesan yang Seungri maksud. Dari
nomor yeoja ini lagi, ia segera membaca pesan tsb.
Dan segera ia mematung.
“Jam makan siang? Astga, ini hampir
jam makan siang.” Bisik NaNa tertahan, dan kemudian segera melangkahkan kakinya
cepat menuju tempat yang telah SoRa tetapkan. NaNa telah menyudahi urusannya
dengan Seungri, waktunya menyudahi pula urusannya dengan yeoja itu. Ia
membatalkan niatnya untuk menghajar yeoja itu. Ketika sampai, ia hanya akan
mengatakan bahwa ia sudah berakhir dengan Seungri. Jadi ia tidak ada urusan
apa-apa lagi dengan yeoja itu. Hanya itu saja, kemudian dia akan pergi. Bahkan
berencana untuk tidak akan lagi menunjukkan batang hidungnya didepan SoRa.
Bukan karena SoRa, tapi untuk dirinya sendiri, ia hanya sudah telalu lama
merasa muak melihat yeoja itu. Itu saja.
Sekarang NaNa berlari kecil
mengejar waktu. Persetan dengan Park SoRa. Ia hanya ingin semua ini selesai
secepat mungkin yang ia bisa. NaNa terus berlari-lari kecil, tanpa tahu seorang
namja mengikuti lajunya dari belakang.
~
‘Dan maafkan aku, di akhir aku
melepaskanmu pun, aku bahkan tidak membalas ucapan terimakasihmu dan selamat
tinggalmu. Dan kata yang begitu kau ingin dengarkan dari bibirku untuk terakhir
kalinya, kata aku juga mencintaimu pun, aku bahkan tidak mengucapkannya.
Maafkan aku NaNa, aku ternyata bukan namja yang baik untukmu. Sejujurnya, jika
kau ingin tau, akupun ragu pada diriku sendiri apakah aku pantas bersamamu,
apakah aku sanggup membahagiakanmu. Kau adalah yeoja terbaik yang pernah kumiliki.
Dan aku ragu apakah yeoja sebaik dirimu pantas disandingkan dengan namja sepertiku.
Dan terbukti NaNa, disaat aku selalu meyakitimu, kau selalu saja ada untukku.
Menemaniku dan mencintaiku. Jadi ketika kau berkata kau ingin hubungan ini
berakhir, aku benar-benar tak bisa berkata apa-apa lagi. Karena disanalah aku
tersadar, bahwa aku tidak bisa membahagiakanmu, dan melepasmu adalah pilihan
terakhirku. Maafkan aku NaNa. Aku tau kau kecewa denganku, jadi kumohon maafkan
aku.
~
Dari kejauhan
NaNa melihat yeoja itu. Tepat ditempat kemarin ia mengerjainya. Tapi yeoja itu
tidak sendiri, Park SoRa tidak sendiri. Ada dua namja disampingnya. Untuk apa
gerangan SoRa membawa kedua namja itu? Bukankah pertemuan ini adalah pertemuan
pribadi mereka berdua?
SoRa mendengar langkah kaki memburu
NaNa. Ia berbalik dan memamerkan senyuman angkuhnya seperti biasa.
“Hai NaNa” sapa yeoja itu duluan
ketika mereka telah sepenuhnya berhadapan.
“Siapa mereka? Bukankah pembicaraan
kita akan sedikit pribadi?” ucap NaNa langsung tanpa berniat menjawab sapaan
yeoja didepannya.
“Oh, jangan pedulikan mereka.
Mereka hanya akan memegang kedua tanganmu dengan lembut.” SoRa tersenyum jahat
kepada NaNa.
“Apa yang kau bicarakan? ” tanya
NaNa menyelidik, ia memiliki firasat buruk akan kedatangan dua namja ini.
SoRa masih tersenyum dan dua namja
itu, entah mengapa maju mendekati NaNa. NaNa lantas bergegas mundur beberapa
langkah dan berteriak kepada 2 namja itu, “Apa yang akan kalian lakukan? Jangan
menyentuhku. Berhenti disana, kubilang berhenti!!!”
Teriakkan NaNa sungguh tidak mampu
menghentikan 2 namja itu, yang sekarang telah berhasil memeganng kedua
tangannya. Kim NaNa meronta-ronta. Berusaha melepaskan lengannya dari
cengkraman mereka. Dan ia
bisa melihat, sekarang, Park SoRa
sedang tertawa geli melihatnya.
“SoRa apa-apaan kau? Apa kau gila?”
“Ya Kim NaNa, siapa suruh kau
merebut Seungri dariku dan mengerjaiku seperti kemarin? Apa kau pantas
melakukan itu semua padaku? Kau pikir aku akan diam saja atas semua
perlakuanmu?” yeoja itu berucap santai kepada NaNa, seakan-akan ialah yang
paling berkuasa didunia ini.
NaNa menatapnya benci, “Ya Park
SoRa, kurasa kau sepenuhnya salah menilaiku. Aku tidak pernah sama sekali
merebut Seungri darimu. Bukankah kau yang memutuskan Seungri sebelum aku
menjadi kekasihnya? Kaulah yang mengejar-ngejar kekasih orang, kau tahu?”
Makinya pada SoRa yang lantas membelalakan matanya.
“Apa? Aku megejar-ngejar Seungri?
Kau bercanda? Masih banyak namja lain yang lebih baik daripada dia yang bisa
aku kencani. Aku mengencaninya karena aku hanya merasa bosan. Dan Seungri
datang kepadaku, bagaimana bisa aku tidak memanfaatkannya.” Ucap SoRa benar-benar
merendahkan. Ia sungguh membuat NaNa muak sekarang.
“Mwoya? Tadi kau berkata padaku
bahwa aku merebut Seungri darimu, tapi sekarang kau berkata kau tidak
membutuhkannya? Kau hanya memanfaatkannya?!”
“Oh, begitulah aku. Aku hanya tidak
ingin sesuatu yang seharusnya aku miliki, malah dimiliki oleh orang lain. Tapi
tidak apa-apa jika kau memaksa, aku akan memberikannya padamu. Tapi untuk
masalah beberapa hari yang lalu. Aku benar-benar tidak terima!”
“Ya! Kau kekanakan sekali, kau
sekarang adalah yeoja yang sangat rendah dimataku. Apa karena masalah itu kau
memanggil dua namja ini? Dasar kau yeoja sinting!” Makinya lagi pada SoRa yang
kali ini membuat yeoja itu naik pitam.
‘Plak’ Sebuah tamparan sangat-sangat
keras mengenai wajah Kim NaNa. Ia jatuh tersungkur kebawah dan memegangi pipi kanannya
yang memanas. Yeoja ini keterlaluan, ia berani bermain fisik hanya disaat ada
ksatria dikiri dan kanannya.
“Itulah balasan dari kelancanganmu
Kim NaNa. Aku sudah meng-” belum selesai SoRa berkata, ia sudah membolakan
kedua matanya lagi, tetapi kali ini lebih besar. Menatap lurus kebelakang 2
namja yang memegangi NaNa tadi. 2 namja itu sendiri tepat berada dibelakang
NaNa. NaNa lantas membalikkan kepalanya dan menemukan seorang namja yang baru
beberapa saat lalu ia temui. Ya Seungri berdiri disana, dengan geram menatap
balik kearah SoRa.
Barang sedetikpun ia segera
menghajar kedua namja suruhan Park SoRa sampai babak belur. Kedua namja itupun
dengan cepat pergi setelah tahu bahwa Seungri adalah musuh yang tangguh untuk
dikalahkan. Seungri memang tangguh, tapi mengapa ia bisa disini? Apa Seungri
mengikutinya tadi? NaNa terus memandangi Seungri dan terus memikirkan bagaimana
namja itu bisa berada disini ditengah perih pipinya. Oh ayolah, pipinya
benar-benar perih. Mungkin sudah ada cap telapak tangan yeoja gila itu yang
memerah berbekas dipipinya.
Seungri dengan cepat
menghampirinya.
“Gwenchana?” tanyanya dengan nada
khawatir.
NaNa menatap iris hitam itu dan
mengangguk. Seungri terlihat sedikit lega mendengarnya, ia menoleh kearah Park
SoRa. Yeoja itu memasang wajah ketakutan. Ia membisu memandang Seungri dengan
kedua matanya.
“Se-Seungri” gagap yeoja itu ketika
Seungri berjalan menghampirinya.
“Tepat sekali aku membiarkanmu mengakhiri
hubungan kita Sora. Jika saja aku menghentikannya waktu itu, mungkin aku sudah
terlalu jauh dimanfaatkanmu. Apa kau tahu bahwa aku menyukaimu tulus Sora? tapi
apa tadi yang kudengar? lucu sekali menyukai gadis jahat sepertimu.” Maki
Seungri didepan yeoja itu. Seungri benar-benar terlihat marah.
“Dan sekarang apa? Kau juga akan
menggangu hidup yeoja yang selalu berada disampingku sekarang?! Apa kau sudah
gila?! Apa hidupmu hanya kau manfaatkan untuk hal-hal seperti ini?!” Sekarang
namja itu berteriak berapi-api, seakan ingin membakar yeoja didepannya
hidup-hidup.
“Aku benar-benar tidak terima SoRa.
Aku-” tangan Seungri terangkat, siap menampar wajah yeoja itu, tapi untungnya
NaNa segera menghentikannya. NaNa berdiri didepan yeoja itu-membelakanginya-sambil
merentangkan tangannya.
“Tidak Seung, kumohon. Dia yeoja”
mohon NaNa pada namja itu. Ia mendengar samar tangis yeoja tepat dibelakangnya.
Ya, SoRa menangis. Disaat tidak ada ksatria yang berdiri di sisinya.
Seungri tentu saja tidak jadi
memukul SoRa, melihat NaNa sudah melindunginya. Ia mendengus kasar, “NaNa-ya,
dia sudah memukulmu.”
NaNa menggeleng pelan. “Jangan kau
yang melakukannya, kumohon.”
NaNa berbalik menghadap SoRa yang
kini menangis sesenggukan, ia terduduk diatas tanah. Kemudian Nana memukul pipi
yeoja itu pelan sekali dan berkata lembut namun sarat ketegasan, “Kau bodoh
sekali SoRa. Apakah kau tidak tahu bagaimana jadinya jika Seungri marah? Aku
bahkan ragu apakah kau pernah berkencan dengannya. Kau pikir tidak ada yang
bisa menolongku ketika kau menyakitiku? Kau pikir dua namja suruhanmu itu yang
terkuat? Apa kau pikir hanya dengan kekerasan semua masalah akan selesai? Tidak
SoRa, kau salah besar. Dan kenapa kau sekarang malah menangis? Karena Seungri
akhirnya tahu kau telah memanfaatkannya? kau tahu tidak akan ada yang bisa
menolongmu disini? Apa kau menyesal atas semua tindakanmu? Aku tadinya kesini
ingin bicara baik-baik denganmu. Tapi kau, kau merusak semuanya. Jika kau
menyesal SoRa, minta maaflah pada Seungri. Kurasa dialah yang paling terluka
disini, karena ketika dia bersama denganku pun, dia masih memikirkanmu.”
SoRa menatap yeoja didepannya yang berlinangan
air mata. Bibirnya bergetar. Tidak lama iapun berucap lirih,
“Mianhae Seungri. Mianhae NaNa”
Manik hitam itu meneduh. Bibirnya
terlengkung sempurna.
“Kau yeoja yang luar biasa NaNa”
bisiknya dalam hati.
~
‘Dan sekarang, aku sungguh tak ingin
melepasmu pergi. Aku ingin memilikimu NaNa. Aku ingin selalu memandang wajahmu.
Aku ingin selalu memandang senyum tegarmu. Aku ingin menggandeng tanganmu. Aku
ingin berkata bahwa aku menyesal tidak memperlakukanmu dengan baik dahulu. Aku
ingin memperbaikinya NaNa, adakah kesempatan kedua untukku?'
~
Flashback
Namja itu terlihat kacau. Terang saja,
beberapa waktu lalu hubungannya dengan sang pacar telah kandas. Ia
terpuruk, yeoja itu telah
menjatuhkannya dan rasanya benar-benar sakit. Ia terlalu mencintai yeoja itu.
Ia mencitai yeoja itu dan yeoja itu juga mengaku mencintainya. Tapi mengapa
hubungan mereka bisa berakhir? Dan mulai detik itu, SoRa adalah yeoja yang
paling Seungri benci didunia ini. Ia melihat seorang yeoja-sebayanya berjalan
kearahnya dan tersenyum ramah. Seungri pikir yeoja itu tersenyum bukan
untuknya. Tapi setelah ia melihat sekeliling, tak ada siapapun dihalte ini
kecuali dirinya.
“Annyeong, bukankah kau Lee Seung Hyun?” sapa
yeoja itu dan segera mendudukan dirinya disamping namja itu.
Seungri mulai kebingungan karena ia sama
sekali tak mengenal yeoja ini.
“Apakah aku mengenalmu?” tanyanya terlihat
bodoh.
Yeoja itu tertawa, “Kau keterlaluan. Aku
teman sekelasmu di kampus. Aku Kim NaNa. Senang bertemu denganmu.”
Ucapnya masih dengan tersenyum.
“Ah mian, aku bahkan lupa bahwa aku
kuliah.” ucap Seungri sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Lagi-lagi
yeoja itu tertawa.
“Gwenchana. Aku juga tidak terlalu
menonjol dikelas, jadi banyak orang yang tidak menyadari keberadaanku. Tapi
apakah kau sedang punya masalah? Kau terlihat kusut.” Tanyanya mencoba terlihat
akrab
“Ah tidak. Hanya saja, aku baru
saja putus dengan pacarku.” Entah mengapa Seungri dengan mudahnya mengatakan
masalah ini dengan orang yang baru saja dikenalnya.
“Oh maaf. Aku seharusnya tidak
bertanya.” Sesal NaNa kemudian, ia jadi tak enak Seungri mengatakan masalah
pribadinya.
“Tidak apa-apa. Semuanya sudah
terjadi…” lirih Seungri sambil menatap kosong kedepan. NaNa menatap wajah namja
itu yang terlihat menyedihkan. Apakah putus cinta se-me-nye-dih-kan ini? NaNa
membuka tas birunya dan mencari sesuatu. Cokelat, bukankah cokelat bisa membuat
hati seseorang menjadi bahagia? Mungkin Seungri membutuhkan cokelat saat ini.
Ketika ia telah menemukan cokelatnya, segera ia membuka pembungkus cokelat itu
dan disodorkannya kearah Seungri, “Kau mau cokelat?” ucapnya yang membuat
Seungri menoleh.
“Maaf, tidak ada yang bisa
kulakukan untuk membuatmu lebih baik. Aku hanya punya ini. Tapi cokelat juga
bisa menumbuhkan perasaan bahagia loh. Ayo ambil” perintah yeoja itu ramah,
lawan bicaranya memandangnya sebentar dan beralih ke cokelat ditangannya.
Tangan namja itu bergerak mengambil cokelat dari tangan sang pemilik.
“Gamsahamnida” katanya sambil
menatap cokelat yang sekarang telah menjadi miliknya, lekat.
NaNa tersenyum dan bangkit dari
duduknya,
“Bisku sudah datang Seung Hyun.
Sampai jumpa besok ya. Kuharap besok kau lebih baik.”
Seungri tersenyum dan mengangguk,
NaNa pun masuk kedalam bis yang berhenti tepat didepannya.
Seungri bergumam, “ Sampai jumpa
besok…… Kim NaNa”
~
“Apakah ini sakit?” tanya Seungri,
ia sedang mengompresi bekas tamparan SoRa dipipi kanan NaNa.
“Seungri, nan gwenchana.” Jawab
NaNa singkat. Ia ingin secepatnya pergi dari tempat ini, apartemen Seungri.
“NaNa, kau terluka karena aku.
Atau, anggap saja ini balas budiku padamu karena telah menolongku di club
kemarin-” kata Seungri tertahan, Ia menghentikan sejenak kegiatannya
mengeompresi NaNa dan menatap yeoja itu menyesal.
“Mian NaNa, aku tidak menepati
janjiku berhenti minum. Malam itu aku benar-benar frustasi memikirkan hidupku.”
Ucap namja itu tulus memandang manik cokelat milik Kim NaNa.
NaNa mendengus pelan, “Semuanya
telah terjadi Seungri, tidak ada gunanya kau meminta maaf. Aku tahu aku juga
tak berhak menuntut banyak darimu. Maaf karena aku mengekang hidupmu.”
“Tidak NaNa. Kau tidak pernah
mengekangku sama sekali. Aku harusnya tahu, semua itu untuk kebaikanku
sendiri.”
NaNa tidak berkata apapun. Ia hanya
tidak pernah melihat Seungri semenyesal ini. Seungri berkata begitu tulus dan
manik hitam itu tidak pernah seteduh ini.
Seungri kembali mengompresi pipi
yeoja itu.
“Apakah sudah lebih baik?”
“Ya” ucapnya singkat.
“Itulah sebabnya aku tidak pernah
menyuruhmu mendekati yeoja itu, NaNa. Aku tahu betul bagaimana sifat SoRa. Dia
akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia mau.”
Dan kilasan memori tentang apa yang
diucapkan Seungri beberapa hari yang lalu pun kembali terngiang ditelinganya.
Kata-kata yang mampu membuat NaNa terluka.
““Berikan aku alasan, Seung” ucapnya lemah. Seungri memicingkan
matanya, tentu saja masih dengan ekspresi marahnya “Untuk apa?” tanyanya
sarkatis
“Berikan aku alasan, mengapa aku tidak boleh mengganggunya
dan mengapa kau membelanya” Seungri sesaat mengalihkan pandangannya, tak ingin
mendapatkan tatapan menyedihkan dari yeoja itu. Seungri terdiam sejenak
kemudian menatap NaNa kembali
“Karena aku masih terus saja memikirkannya””
“Tapi kau bilang kau masih
memikirkannya.” Yeoja itu berucap pelan yang membuat Seungri menatapnya dalam.
“NaNa, aku memikirkannya karena aku
mengkhawatirkanmu. Bagaimana bisa aku membiarkanmu bertemu dengan yeoja seperti
SoRa? SoRa adalah tipe pendendam. Dan ketika aku melihat kau mengerjainya. Aku
mulai takut, bisa saja dia suatu hari nanti membalas demdamnya padamu disaat
aku tidak ada disisimu NaNa.”
NaNa banyak melihat ketulusan hari
ini didalam diri Seungri. Tapi mengapa semua itu baru ia tunjukkan sekarang?
Disaat mereka tidak lagi bersama?
“Aku tidak terkejut mendengar apa
yang SoRa tadi katakan padamu. Sebenarnya aku sudah tahu itu semua lama sekali.
Kau ingat ketika kita pertama bertemu di halte waktu itu? Aku memang terpuruk
NaNa. Aku memang telah dijatuhkan. Tapi kau tahu apa yang membuat rasa sakit
itu lebih dalam lagi? Tepat setelah Ia memutuskanku, ia menggandeng tangan
namja lain dan juga berkata bahwa ia sebenarnya tidak pernah mencintaiku. Dan
mulai detik itu, SoRa adalah yeoja yang paling kubenci didunia ini.”
Iris cokelat itu melebar mendengar
kalimat terakhir Seungri, “Jadi, dia orangnya?” tanyanya berhati-hati merujuk
pada seseorang yang telah ditetapkan oleh Seungri sebagai seseorang yang paling
ia benci.
Seungri hanya mengangguk pelan
menunjukkan kata benar nya.
“Kupikir kau masih mencintainya.”
“Ya. Tapi tidak lagi setelah aku bertemu
denganmu.”
Dan untuk keberapa kalinya, iris
cokelat itu kembali membola sempurna. Kali ini, untuk pertama kalinya, entah
mengapa NaNa merasa jika namja itu sungguh-sungguh mencintainya.
~
“Kau bilang aku apa? Menyebutkan
namanya didalam tidurku?” Seungri tidak percaya dengan apa yang dibicarakan
NaNa. Tidak, tidak mungkin ia memimpikan Park SoRa.
“Ya. Dan untuk pertama kalinya, aku
menangis karenamu.”
Lagi-lagi Seungri terlihat
menyesal, mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Berpikir betapa cerobohnya ia
bahkan ketika terlelap.
“NaNa percayalah. Kupikir kau
mungkin salah mendengarnya. Walaupun benar, tentu saja itu hanya didalam
tidur.”
“Mengapa selama ini kau begitu
dingin terhadapku Seung. Kau sama sekali tidak pernah peduli. Sekarang, ketika
kita telah berpisah. Kau benar-benar berubah.” Untuk pertama kalinya, yeoja itu
meluapkan resah yang selalu disembunyikannya dari Seungri. Ya, selama ini ia
pikir namja itu tidak perlu mengetahui segala resah yang dirasakannya, tidak
ingin Seungri merasa tertanggu atau apapun itu.
“Maaf aku tidak menjadi seperti apa
yang kau inginkan. Aku mencintaimu. Hanya saja, aku merasa tidak akan pernah
menjadi seorang yang betul-betul kau inginkan. Aku selalu merasa tidak pernah
pantas berada disampingmu. Lihat NaNa, tidak ada yang bisa aku beri kepadamu
selama kita bersama.”
“Maaf tidak menjadi apa yang kau inginkan
NaNa. Tapi bisakah, untuk terakhir ini saja. Aku meminta kesempatan
kedua. Aku tahu aku tidak sempurna. Tapi bersamamu,
aku akan menjadi lebih baik lagi.” Tambah namja itu seakan
apa yang ia sebutkan tadi adalah sesuatu yang mudah
dilakukan. NaNa bukannya tidak ingin kembali atau apa
Sungguh ia ingin berada disisi namja itu lagi
setelah mengetahui bahwa namja itu juga mencintainya. Tapi apakah
Seungri
berkata benar? Apakah yang barusan ia ucapkan benar-benar berasal dari hatinya?
“Percayalah padaku dan aku akan mencoba
memperbaikinya” ucap Seungri seakan mengerti apa yang sedang
dibimbangkan yeoja itu didalam hatinya.
“Apa kau berjanji?”
“Ya aku berjanji”
“Apa kau akan mengulanginya.”
“Tidak akan. Tenggelamkan aku di sungai han
jika aku mengulanginya lagi.” Ujar namja itu lagi terlihat bersungguh-
sungguh. NaNa terkekeh pelan mendengar
perkataan Seungri tadi kemudian mengangguk. Membuat kedua iris
hitam itu berbinar. Kemudian namja itu
tersenyum lebar.
“Kau harus membuktikannya atau aku akan
benar-benar menenggelamkanmu.” Ucap NaNa sembari tersenyum
kecil.
Ya, ia memberikan kesempatan kedua untuk Seungri, membiarkan Seungri membuktikan bahwa ia benar-
benar mencintainya.
~
“Jika kalian mengetahui Tuhan telah
menakdirkan kalian bersama, masikkah kalian meragukan hal ini? Dapatkah kalian
meragukan apa yang Tuhan takdirkan? Percayalah, Tuhan mempunyai sebuah cara
untuk kebahagiaan hamba-hambaNya”