Kamis, 20 Juli 2017

(Puisi) Untaian Rindu



UNTAIAN RINDU

Oleh. Dinda Hermalia Ulfa

Lama rasanya kita tak bersua
Bermunajat aku seperti biasanya
Seberkas cahaya hidup hilang
Hatiku dalam gelap
Tanpa-Mu
Merindu aku wahai Kau pemilik segalanya
Merindu dalam keheningan sesak
Merindu dalam tumpukan tak terucap
Pada-Mu ku rindu
Bertanya dalam untaian kata
Apakah Kau merindukanku jua?
Oh ingatkan aku wahai Kau pemilik segalanya
Ingatkan aku pada masa tua yang akan segera menjelma
Atau pada saat nadi tak lagi terasa bermesra
Ingatkan aku walau keras tak mengapa
Wahai Kau pemilik segalanya
Jangan pergi barang sejengkal saja
Ataupun berpaling barang sedetik saja
Karena aku tak akan bisa

Tanpa-Mu aku tak akan bisa

Senin, 17 November 2014

(Fanfiction) A Way to Love You

A Way to Love You
 “Ya! Kau yeoja yang jelek, apa lebihnya kau dibandingkan aku. Tentu saja aku lebih, oh tidak, aku ‘sangat’ lebih cantik darimu” gadis itu berucap santai, merendahkan lawan bicaranya. Yang dihina membuang muka malas.
“ Park SoRa-shi, kuingatkan kau jangan tinggi hati seperti itu. Daripada kau membandingkan kecantikan, hal yang sangat terdengar objektif bagiku. Lebih baik kita membandingkan kekuatan. Kau yeoja, akupun yeoja. Kekuatan kita mungkin seimbang, jadi mari kita berkelahi.”
SoRa membolakan matanya cepat mendengar tawaran atau lebih terdengar seperti tantangan dari yeoja didepannya. Kim NaNa, sekarang telah siap menerjangnya dengan kuda-kuda yang dilihat dari segi pandang seorang Park SoRa, yeoja itu mungkin telah berlatih semacam seni bela diri selama bertahun-tahun secara rutin. NaNa mengepal kedua tangannya kuat, ditempatkan didepan dadanya ala petinju dunia, sedang SoRa hanya menatap ia tak percaya. Sepertinya ia bergidik. Bagaimana tidak, seseorang sedang mengancam nyawanya sekarang, pikirnya.
“B-ber k-kelahi? I-itu a-kan m-membuang-buang wak-tuku” SoRa tergagap, anehnya masih dengan aksen sombongnya.
“Dan aku tidak ingin terlihat buruk setelahnya” tidak ingin dianggap lebih bodoh lagi, sebenarnya ia sekuat tenaga mengontrol emosinya agar tidak terlihat ketakutan.
Alih-alih menjawab, NaNa dengan senyum iblisnya terlihat semakin menggenggam tangannya kuat hingga kemerahan. Siap meninju, “Bersiaplah SoRa-shi.” Bisiknya pelan. Ia mulai bergerak sedang SoRa tetap terpekur tak tahu apa yang harus ia perbuat. Dan…
“Bang!!!” Tinju NaNa ternyata tak sampai, ia terkikik sempurna karena telah menjahili Park SoRa. Tadi yeoja itu menjerit hebat, berpikir tamatlah riwayatnya ditangan seorang Kim NaNa. Ia sekarang benar-benar pucat pasi. Sempurna terduduk di atas tanah.
SoRa mengelus dadanya pelan, ini sungguh menyebalkan baginya. Ia cukup tersengal akibat keterkejutan ini. Dan lagi, pikirnya ia sekarang pasti terlihat sangat ….. tidak elegan.
NaNa masih terkikik ketika SoRa bangkit, “Kim NaNa-shi. Aku tidak akan memaafkanmu atas semua ketidaksopananmu ini.” bentaknya pada yeoja itu. Kemudian bergegas membalikkan badan dan berjalan pergi memunggungi.
NaNa menatap kepergian yeoja itu dengan geli sendiri, kemudian ia berteriak, “Ya! Park SoRa-shi. Benarkah kau tidak menyukai ketidaksopananku? Oh dan satu lagi, jujur saja ya, wajah plastikmu itu sama sekali tidak lebih baik dari wajahku.” Ia pun tertawa lagi setelah menyelesaikan teriakannya
SoRa sekarang tidak lagi terlihat, tinggalah ia sendirian. Ah, dia harus segera pulang
‘Plok plok plok’ seseorang bertepuk dibelakangnya, mengharuskan ia berbalik untuk melihat siapa yang datang. Dan terkutuklah ia menjahili SoRa tadi, karena sekarang ia sendiri yang terkejut setengah mati melihat kedatangan namja didepannya, lebih tepatnya pacarnya. Namja itu terus bertepuk hingga sampai tepat didepan NaNa, “S-Seungri-ah“ ucapnya pelan menatap iris hitam namja tampan itu. Namja itu menggeleng tak suka, NaNa tahu namja itu marah.
“NaNa-ya, tidak kusangka kau memiliki ingatan seburuk ini.” ucap Seungri dingin juga menatap manik kecoklatan milik NaNa.
“Ini, tidak seperti apa yang kau pikirkan” kilah NaNa cepat berharap Seungri tidak memarahinya. Tahu kalau Seungri akan sangat menakutkan ketika marah
“Aku melihatnya, bukan memikirkannya. Apa kau benar-benar lupa ucapanku untuk tidak menggangu SoRa lagi?” Volume suara namja itu meninggi, membuat NaNa menunduk dalam. Ia benci Seungri memarahinya.
“Tapi dia yang mengusikku terlebih dahulu. Dan… dan… apa maksudmu lagi Seung, aku baru bertemu dengannya hari ini” bela NaNa mengatasnamakan dirinya sendiri yang disalahkan oleh Seungri.
“Tutup mulutmu” perintahnya masih dengan volume yang sama. NaNa terdiam, ia terdiam karena tak bisa melakukan apapun. Ia tahu ia akan selalu seperti ini. Lemah dihadapan namja satu ini.
Ragu ia mendongak tapi tetap dilakukannya, menatap bola mata namja itu sendu. “Berikan aku alasan, Seung” ucapnya lemah. Seungri memicingkan matanya, tentu saja masih dengan ekspresi marahnya “Untuk apa?” tanyanya sarkatis
“Berikan aku alasan, mengapa aku tidak boleh mengganggunya dan mengapa kau membelanya” Seungri sesaat mengalihkan pandangannya, tak ingin mendapatkan tatapan menyedihkan dari yeoja itu. Seungri terdiam sejenak kemudian menatap NaNa kembali
“Karena aku masih terus saja memikirkannya” Dalam hati Seungri sendiri meragukan perkataannya. Ha, benarkah ia memikirkan yeoja itu? Tapi tidak ada jawaban lain dikepalanya.
Dan jawaban Seungri, sempurna membuat yeoja itu tertohok hebat. Menyakitkan, tidak diragukan lagi. “La-lalu, mengapa kau mengencaniku, Seung?” lirih NaNa membuat namja itu kembali menatapnya. Seungri selalu lihai membuatnya terluka
“Kau ingin kita berakhir?” Tanya namja itu membuat NaNa panik seketika. Bergejolak kata ‘ya’ dan ‘tidak’ di sudut hatinya. Tapi sepertinya, ‘tidak’ lah yang memenangi gejolak itu. Ia masih sangat mencintai namja didepannya ini.
 “Tidak seung. Tidak sama sekali” jawabnya cepat penuh penekanan. Lantas namja itu menyeringai, mengacak pelan rambut NaNa dengan tangan kanannya dan entah mengapa hal ini benar-benar membuat yeoja itu bahagia. Menghapus jejak menyakitkan yang namja itu buat beberapa detik lalu, hanya dengan perlakuan kecil seperti ini?
“Pintar sekali yeoja manis. ” Tuturnya berulang tetap mengusap puncak kepala yeoja itu. NaNa sangat tidak mengerti, bagaimana namja didepannya ini dengan begitu mudah menyakitinya, setelah itu menghapusnya dan memberikan rasa nyaman ketika berada disisinya. Kadangkala ada waktunya ketika ia membenci Seungri. Tapi itu hanya sesaat, ia tak dapat memungkiri bahwa ia tak bisa cukup lama untuk membencinya. Walau entah seberapa sering Seungri menyakitinya, hatinya.
“Eum NaNa-ya, bagaimana jika kita minum secangkir kopi?”ajakan Seungri membuyarkan lamunannya, mengembalikannya ke kenyataan. ‘Yang penting Seungri sudah lebih baik sekarang.’ Batinnya cepat dan mengangguk pada namja itu,
“Oh, kajja’
~
            “Seungri-ah, kau mau minum apa?” Kini yeoja itu bersuara, kesal pacarnya belum memesan apa-apa sejak menduduki kursi cafĂ© ini. Ia hanya berkutat dengan handphone yang dipegangnya. Tanpa mengalihkan pandangan, Seungri berkata “NaNa-ya, pesanlah terlebih dahulu jika kau memang sehaus itu”
NaNa mendengus pelan melihat ulah namja satu ini, bisa-bisanya ia berbicara seperti itu padahal ia sendiri yang mengajaknya pergi minum kopi? Dan sekarang ia lebih memilih handphonenya daripada mengobrol dengan pacarnya ini? Tapi bagaimanapun, ia masih saja tak bisa berbuat apapun untuk menghadapi Seungri, “Arraseo” jawabnya malas dan segera memesan satu cangkir moccachino hangat untuk dirinya sendiri.
Tak lama gadis itu berdiri, “Aku akan pergi ketoilet sebentar” ujarnya membuat Seungri menatapnya tajam
“Aku sedang tidak meminta persetujuanmu,” tambahnya lagi ketika melihat respon berlebihan dari namja itu. Ia pun segera berlalu sedang Seungri masih menatap kepergiannya
“Ingat, hanya sebentar” teriaknya pada gadis itu kemudian berkutat dengan telpon genggamnya lagi.
            NaNa kembali dari toilet dan menemukan Seungri tengah menyesap secangkir kopi hitam kesukaannya sambil memandang keluar jendela. Ia pun segera duduk dan juga menyesap mocchachinonya yang untungnya masih tetap terasa hangat. Kemudian ia memandang Seungri dalam diam. Namja itu benar-benar sempurna dimatanya. Tampan. Semua yeoja juga pasti akan mengakui bahwa namja didepannya ini sangatlah tampan. Tapi entah mengapa, ia, merasa bahwa ada sebuah kekurangan yang membuat hubungannya dan namja itu menjadi hampa. Dan membosankan.
“Seung-ah” panggil NaNa pelan pada namja itu. Yang dipanggil segera menoleh
“Wae?” jawab Seungri singkat. Memasang flat facenya yang tampan
“Tidakkah kau tau betapa aku mencintaimu?” Tutur yeoja itu pelan tetap menatap iris Seungri dalam. Namja itu sedikit tersentak mendengar kalimat yang terucap dari bibir pacarnya ini, dan cukup untuk membuatnya merasa sesak. Sesak?
“Kau adalah pacarku, sudah seharusnya kau-“ NaNa segera memotong ucapan Seungri cepat, membuat namja itu sedikit kesal
“Tapi terkadang, aku merasa bahwa hanya aku yang mencintai. Eum, setidaknya itu yang kurasakan selama ini.”
“Maksudmu?”
“Maafkan aku Seung, tapi aku selalu ragu apakah cintamu untukku sebesar cintaku untukmu” masih dengan kelembutan NaNa berujar,“Aku ingin kau mengatakan bahwa kau mencintaiku Seung. Cukup untuk membuktikan bahwa kau juga mencintaiku.” pintanya pelan, berharap ada kata ‘aku mencintaimu’ akan keluar dari bibir namja itu.
“Aku benar-benar tidak mengerti apa maksudmu NaNa-ya. Aku harus pergi” dalih namja itu cepat dengan raut jengkelnya dan memutuskan untuk pergi. Sekali lagi, Seungri kembali melukai hati gadisnya.
NaNa tersenyum pilu, namja itu mungkin memang tak pernah mencintainya. Mungkin ia terlalu cepat menarik kesimpulan. Tapi jika itulah kenyataannya, setidaknya ia cukup siap. Kembali menyesap moccachinonya, NaNa bergumam pelan, “Sanggupkah aku melepasnya Tuhan?”
~
‘Ada yang harus kita bicarakan, antara kau dan aku. Mungkin masalah ini akan benar-benar selesai jika kau datang. Aku butuh permintamaafan mu. Jika tidak, jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu pada Seungri. Kau mau bertemu denganku kan NaNa-shi? Temui aku besok setelah jam makan siang ditempat kemarin, oke?’ Begitulah isi sebuah pesan singkat yang dikirim seseorang pada NaNa. Nomor tak dikenal, tapi tak usah diberi tahupun, NaNa sudah tau pasti siapa si pengirim pesan tersebut. Siapa lagi kalau bukan Park SoRa.
Ia meremas handphonenya geram setelah membaca pesan tersebut. Ia marah dan mengutuk yeoja itu dalam hati. Sekarang ia tidak akan menjahilinya lagi dengan pukulan tak sampainya. Kali ini yang sesungguh-sungguhnya, ia akan menghajar yeoja itu nanti.
Barang semenit handphonenya berdering kembali, Seungri menelponnya,
“Seungri-ah” panggilnya segera ketika mendengar kebisingan diseberang sana
“NaNa-shi?” Tapi bukan suara Seungri yang didapatnya, melainkan suara seorang yeoja. NaNa segera menyingkirkan pikiran-pikiran negatifnya yang tiba-tiba saja bermunculan
“Eum nugu? Seungri dimana?” ia berusaha untuk setenang mungkin walau sebenarnya ia sangat cemas
“MinJi imnida. NaNa-shi, tadi pemilik handphone ini tiba-tiba tak sadarkan diri. Dia minum terlalu banyak dan sekarang ia pingsan. Kau bisa menjemputnya?” Dan NaNa benar-benar tercengang, bukan karena keadaan Seungri sekarang ini, tapi karena namja itu membohonginya. NaNa ingat betul Seungri berkata beberapa hari yang lalu ia sudah sepenuhnya berhenti minum alkohol dan tak akan pernah menyentuhnya sedikit pun lagi. Tapi nyatanya, beginikah namja itu dibelakangnya? Terus meyakinkan suatu hal padanya dan kemudian dengan mudah melanggarnya? Seperti biasa rasa sesak lagi-lagi bergejolak dirongga dadanya. Sesak ini selalu datang, setiap kali Seungri melukai hatinya.
“NaNa-shi?” panggil MinJi lagi karena tak mendapat respon olehnya
“N-ne, dimana?”
“VIP Club” tutur yeoja itu cepat yang sukses membuat NaNa tersentak untuk kedua kalinya
“Club? Seungri pergi ke club?” tanya NaNa tak percaya, pikirnya Seungri minum disebuah kedai biasa tapi nyatanya ia sekarang berada di sebuah club? Berada di club yang dipenuhi oleh yeoja-yeoja seksi yang akan setia menggodanya? ‘Seungri dimana pikiranmu?’ teriaknya dalam hati
“Ne, wae?” jawab yeoja diseberang telepon itu heran
“A-ani, terimakasih karena telah menghubungiku”
“Cheonmanayo, aku hanya menekan fi-”
Tiit- panggilan pun terputus sebelum MinJi menyelesaikan perkataannya
~
Yeoja itu mengemudikan mobil pacarnya gila-gilaan. Untungnya, jalanan malam ini cukup lenggang mengingat sekarang hampir tepat tengah malam. Ia melirik ke kursi belakang, Seungri masih belum sadarkan diri. Sepertinya memang ia terlalu mabuk malam ini. Ditengah mengemudi NaNa benar-benar ingin muntah, bau alkohol dari tubuh namja itu sungguh menyengat hidungnya, mencemari udara didalam mobil ini juga pada akhirnya. Ia tiba-tiba merasa pening, lantas bersumpah tak akan pernah mau mendekati minuman satu ini seumur hidupnya. Alkohol. Heran mengapa Seungri sangat menikmatinya.
Sampai di apartemen namja itu, NaNa segera mencari pertolongan. Berpikir tidak mungkin ia dapat menggendong atau mengangkat Seungri sendirian sedang ia tahu tubuh namja itu lebih besar dibanding tubuhnya. Beruntunglah ia, seorang pria penghuni salah satu kamar apartemen membukakan pintunya ketika NaNa menekan bel, ia pun segera meminta tolong pada pria itu dengan wajah memelasnya. Dan setelah Seungri telah sempurna berada di tempat tidur kamar apartemennya, NaNa mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya pada pria baik hati itu dan berjanji pada dirinya sendiri ia harus membalas kebaikannya suatu hari nanti.
~
Suhu tubuh Seungri tiba-tiba saja meninggi, mengharuskan yeoja itu mengompresinya dengan air dingin. NaNa memutuskan begadang malam ini—menjaga Seungri. Terkantuk-kantuk, NaNa memeras kain yang selanjutnya kembali ditempatkannya di kening namja itu, untuk mengurangi suhu tubuhnya. Memandangi wajah Seungri, ia bertanya kepada dirinya sendiri mengapa ia melakukan ini semua sementara Seungri bahkan baru saja melukainya. Dosa apa yang telah diperbuatnya sehingga Tuhan menggariskan takdirnya seperti ini. Tapi walau bagaimanapun, ia sama sekali tak pernah menyesal telah mencintai Seungri, sampai saat ini tepatnya.
Terkejut kemudian ia melihat air muka Seungri menggelisah. NaNa tau Seungri masih terlelap. Ah, ia tau, Seungri pasti sedang bermimpi. Tapi apa yang ia mimpikan? Mengapa wajahnya melukiskan raut kesedihan? Keputus asaan? Ayolah, ia melihat dengan jelas ini semua. Dan yang membuat NaNa lebih terkejut lagi, dalam mimpinya, bahkan terlelap sekali pun,  Seungri tetap dapat melukai hatinya. Jujur yang satu ini lebih dalam lagi.
Mengigaulah namja itu dengan suara paraunya. “SoRa-ya, kumohon jangan pergi-”
“SoRa-ya, kau tahukan aku tidak bisa hidup tanpamu-”
“SoRa-ya, aku masih memikirkanmu-”
“SoRa-ya…”
NaNa merasakan nafasnya memburu dan detak jantungnya melaju cepat. Tak tau apakah sekarang ia harus marah atau menangis, semua yang diucapkan namja itu bagaikan belati yang menusuk rongga dadanya dalam. Dan sangat menyakitkan. Ia akhirnya memilih menangis, menitipkan seluruh emosi dan perasaannya pada air mata yang akhirnya meluap, ia menangis dalam diam sebelum akhirnya meninggalkan kamar namja tersebut.
Kisah cinta ini, ah, mungkin tidak pantas untuk disebut sebuah kisah cinta, melainkan hanya sebuah rangkaian perasaan yang bodoh, membosankan, menyakitkan dan begitu menyedihkan dari sang yeoja. Yah, NaNa memang yeoja yang sungguh menyedihkan, mempertahankan hubungannya dengan namja itu walau ia sadar memang hati Seungri tak dapat sepenuhnya ia miliki. Tapi toh, Seungri juga seperti mempertahankannya. Jika ia memang benar-benar mencintai seorang Park SoRa, terbilang cukup mudah untuk kembali kesisi yeoja itu. Oh, apakah Seungri hanya menggunakannya untuk membuat SoRa cemburu dan kembali bertekuk lutut dihadapannya? Jika memang begitu kenyataannya, Ia tidak akan pernah memaafkan namja itu kali ini. Tapi bisakah ia?
~
‘Sesak ini kembali lagi Seung. Aku selalu bertanya pada diriku sendiri, mengapa sesak ini selalu datang kapadaku? Apa ia menyukaiku? Apa ia membutuhkanku? Jika iya syukurlah, tak seharusnya aku merasa terbebani oleh sesuatu yang menyukaiku. Setiap aku merasakan sesak ini, aku selalu berpikir, apa boleh aku menukar sesak ini dengan dirimu? Menukarnya menjadi dirimu yang menyukaiku dan dirimu yang membutuhkanku. Oh ya, pernahkah kau merasakan sesak seperti yang sering kurasakan? Jika belum, aku akan menggambarkannya untukmu. Sesak ini Seung, sejujurnya sungguh menyakitkan. Dimana seperti ada yang menusukkan benda tajam kedadamu, seperti ada sebongkah batu besar yang membebani hatimu dan meremukkan belulangmu. Dimana detak jantungmu akan sulit terkendali dan darahmu berdesir hebat. Suhu tubuhmu juga akan memanas dan kepalamu seakan siap untuk memecah. Kau juga akan sulit untuk bernafas Seung, entah mengapa sesak ini juga akan menghimpit paru-parumu. Dan sesak ini, akan siap untuk membunuhmu.  Mungkin aku berlebihan. Tapi aku tidak pernah berbohong sekalipun padamu kan Seung? Dan entah suatu kebetulan atau tidak, sesak ini selalu datang setiap kau melukaiku. Oh tidak, kau tidak pernah melukai fisikku, tapi hatiku. Jadi berhati-hatilah Lee Seung Hyun. Jangan biarkan kau merasakan sesak ini. Cukup aku saja Seung. Ya, cukup aku saja~’
~
Pagi yang cerah, sinar mentari mulai mencari celahcelah jendela untuk menerobos masuk dan membangunkan siapa saja yang masih terlelap dengan nyenyaknya. Ah ya, siapa yang tak akan bisa bangun oleh cahaya menyilaukan mentari? Cahaya itu seakan menggelitik kelopak matamu yang sukar sekali untuk terbuka. Dan ketika sudah sedikit terbuka, ia akan menelusup kedalam matamu dan memanaskannya, membuat rasa yang dinamakan mengantuk itu menjadi lenyap.
Terhitung juga namja tampan ini, ia mulai membuka matanya dan membiarkan sinar mentari masuk kedalam matanya. Tenang saja, itu tidak akan membahayakan penglihatannya. Sekejap itu ia mencium aroma tak sedap entah darimana. Ia lantas langsung mencium aroma tubuhnya. Bau alkohol yang berasal dari tubuhnya menyengat indra penciumannya. Melayang ingatannya pada kejadian malam tadi, mencoba mengingat-ingat. Seingatnya, tadi malam ia pergi ke salah satu club mewah di Seoul. Dan minum segelas alkohol disana, segelas?
“Kurasa aku minum beberapa botol,” ingatnya pada dirinya sendiri. Ia juga ingat, ia melihat seorang yeoja yang sangat ia kenal disana. Dan yeoja itu mengandeng tangan namja disampingnya, bermanja ria pada namja itu. Ya, yeoja itu adalah Park SoRa.
Flashback on
Seungri tetap mengawasi pasangan itu dengan iris hitamnya. Ia memandang mereka tajam. Ketika tak sengaja SoRa menemukan bola matanya dan mereka bertemu pandang, yeoja itu tersenyum pada Seungri sedang Seungri lantas menatapnya tak suka, sebelum ia sepenuhnya membuang wajah. Seungri sangat marah, ia merasa ia akan membunuh namja itu dan tentunya SoRa sebentar lagi. Tapi, tiba-tiba ia merasakan kepalanya berdenyut hebat. Jadi ia memutuskan untuk kembali ke apartemen dan membatalkan niat membunuhnya. Seungri pun berdiri dan melangkahkan kaki, tapi naasnya, karena pening yang bersarang dikepalanya, membuatnya kehilangan keseimbangan dan setelah itu ia tidak dapat mengingat apapun lagi. Ia–mungkin-pingsan
Flashback off
Jadi, jika ia sendiri pingsan di tempat itu, bagaimana bisa ia sekarang berada di tempat tidur apartemennya? Tidak mungkin salah satu dari orang club yang memulangkannya. Cih, mereka mana ada rasa belaskasihan atau rasa kepedulian sedikitpun kepada orang lain. Oh, apakah SoRa?
Segera Seungri mencari handphonenya untuk menghubungi yeoja itu. Benar, siapa lagi kalau bukan SoRa yang membawanya pulang. Karena hanya dia satu-satunya yang mengenal Seungri ditempat itu. Tapi bagaimana dengan namja yang bersamanya? Mungkinkah ia membiarkan SoRa pergi begitu saja untuk menolong namja lain? Ah, daripada menerka-nerka lebih baik ia bertanya dan memastikan.
Setelah ia mendapatkan handphonenya yang ternyata berada disaku jeansnya sendiri, segera ia tekan nomor handphone Park SoRa. Ditaruhnya handphone itu ditelinga kananya. Matanya memandang berkeliling tapi SoRa belum juga mengangkat sambungan. Tunggu, handphone siapa yang tergeletak di meja sebelah kiri tempat tidurnya itu? Dibatalkannya panggilan untuk Park SoRa dan beranjak ia melihat benda segiempat tersebut.
Bergumam. “Bukankah ini handphone… NaNa? Mengapa ada disini? Kapan ia kesini?”
Terkejut. “Astaga! Jadi NaNa yang membawaku pulang? Darimana ia tahu aku disana?”
‘Kemudian dimana yeoja itu sekarang? Seharusnya, ia masih berada disini menemaniku’ ucapnya dalam hati.
Seungri segera mengambil dan melihat-lihat isi handphone tersebut. Ada satu pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Melihat waktunya, jelas bahwa baru dikirim pagi ini. Awalnya Seungri tidak berniat untuk mengetahui isi pesan tersebut, tapi apa mau dikata, tidak ada salahnya membuka pesan itu. Siapa tahu sebuah pesan penting yang harus segara dibalas.
‘From : 08882333xxxxx
Annyeong NaNa-shi. Ah, mengapa kau tidak membalas pesanku kemarin? Jadi diterima tidak tawaranku? Haha, aku tahu kau pasti akan datang mengingat betapa kau mencintai kekasihmu itu kan? Ingat ya, datang setelah jam makan siang ditempat kemarin. Kau tahu NaNa-shi? Aku baru saja melihat Seungri di club tadi malam dan dia pingsan. Haha, ternyata dunia memang sempit ya? Dan persiapkan kata maafmu.’
Siapa pengirim pesan ini? lancang sekali bicaranya. ‘Oh tunggu’ teriak namja itu dalam hati. Seungri sepertinya mengetahui siapa pengirim pesan ini melihat ia berkata bahwa ia berada di club yang sama dengannya tadi malam. Park SoRa? Benarkah yeoja itu? Untuk apa ia menginginkan dirinya bertemu dengan NaNa? Diam-diam Seungri merasa cukup penasaran. Dia harus tau apa yang akan dilakukan kedua yeoja tsb dibelakangnya, apalagi namanya disebut-sebut oleh SoRa didalam pesan ini.
Tapi bagaimana kabar Kim NaNa ya? Akankah ia datang menemui SoRa?
~
Yeoja itu terlihat terlalu tegar untuk sesorang yang baru saja dikhianati oleh kekasihnya sendiri. Ia hanya menangis sepanjang perjalanan menuju apartemennya, menangis seperti anak kecil  (meraung-raung mungkin). Setelah sampai, ia lekas melelapkan dirinya sendiri kenaungan alam mimpi. Ia bermimpi indah dikala tidur, yang bisa sedikit menenangkan hatinya. Jadi ketika bangun dipagi harinya, ia segera merapikan dirinya. Rupanya menangis semalam bukan pilihan yang buruk, melihat sekarang airmata ternyata cukup melegakan hatinya. Selama ini, ia jarang sekali bahkan tidak  pernah menangis jika Seungri menyakitinya. Ia hanya ingin terlihat tegar dan terlihat bahwa ia baik-baik saja didepan namja itu dan tidak ingin Seungri meninggalkannya karena menganggap ia adalah tipe yeoja yang cengeng. Tapi memendam rasa sakit itulah yang sebenarnya selama ini telah menyiksanya, NaNa membiarkan rasa sakit itu menetap dan menumpuknya menjadi satu. Tumpukan rasa sakit itulah yang membuat sesuatu yang menyesakkan menyerang dadanya. Ia bahkan baru mengetahui fakta ini.
Sekarang ia sedang mencari-cari handphonenya, ditas, saku celana dan jaket yang ia pakai tadi malam, bahkan dimanapun yeoja itu mencarinya, ia tak dapat menemukannya. Lantas ia berargumen sendiri tentang ‘apakah handphone nya tertinggal di bis yang semalam ia naiki?’ atau ‘di rumah namja itu?’ Alih-alih menyangkal handphonenya ada di apartemen namja itu dan memantapkan dirinya bahwa handphonenya tertinggal di bus semalam, NaNa malah menyiapkan dirinya untuk mengunjungi kediaman Seungri. Setidaknya, ini adalah kunjungan terakhirnya keapartemen namja itu. Ya, ia berencana akan berbicara dengan Seungri untuk mengakhiri hubungan yang selama ini mereka jalani. Geli, NaNa hampir saja akan tertawa miris mengingat bagaimana hubungannya dengan namja itu sama sekali tidak terlihat seperti hubungan sepasang kekasih. Datar, dingin, dan tidak menarik. Seungri bukan tipe pacar yang romantis dan ia sama sekali tidak berniat untuk mencoba menjadi romantis. Tidak sama sekali. Seungri bahkan tidak menyukai hal hal yang menurut orang lain manis. Katanya, hal manis itu mengingatkannya dengan seseorang yang ia benci. NaNa tidak tahu siapa orangnya, tapi jujur ia sangat ingin tau. Ah, kembali mengingat itu semua akan menyulitkannya melepas namja itu. Baiklah, tidak ada lagi acara kenang-mengenang namja itu lagi. Ia dan Seungri akan benar-benar berakhir hari ini. Um, tapi bagaimana mengatakannya?
~
“Hah” yeoja itu mendesah untuk yang ketiga kalinya. Ia benar-benar kesal terhadap namja dihadapannya ini. Bagaimana tidak..
Flashback On
Kim NaNa telah berdiri didepan pintu apartemen Seungri-calon mantan pacarnya. Ia menarik nafasnya terlebih dahulu kemudian menghembuskannya cepat. Ketika ia bersiap memencet bel, seseorang telah terlebih dahulu membuka pintu. Siapa lagi kalau bukan penghuni kamar apartemen ini. Seungri menatapnya sedikit terkejut. Namja itu tidak menyangka NaNa datang ketika ia akan menemuinya. Lantas ia tersenyum tapi yeoja itu segera membuang muka, membuat Seungri menampilkan raut bingung sesaat. Namun tersenyum kembali, “Aku baru mau ke apartemenmu” ucapnya riang tapi tetap terdengar tegas
Yeoja itu akhirnya menoleh, tak membuang rasa terkejutnya ia berkata kaku-to the point “Aku kesini ingin mengambil handphoneku”
Seungri merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah benda, handphone milik NaNa, “Igeo?” ucapnya seraya menyerahkan handphone itu. Tapi belum sempat NaNa mengambil benda itu, Seungri sekonyong-konyong menarik tangannya kembali.
Kemudian berkata, memamerkan sikap berpikirnya, “Hmm… tapi NaNa-ya, kupikir ada yang aneh dari sikapmu. Kau sama sekali tidak menanyakan keadaanku ketika melihatku tadi, padahal kau harusnya tahu kalau tadi malam aku tidak sadarkan diri. Karena kau yang menolongku kan? Tapi omong-omong… thank’s untuk bantuannya ne” Diakhir kalimat, Seungri tersenyum lagi. Sayangnya kali ini, NaNa tidak sempat untuk mengalihkan pandangannya dari namja itu. Ia melihat senyum namja itu setelah cukup lama tidak melihatnya. Bukan sebuah seringai kecil yang biasa Seungri berikan untuknya, dan jujur, senyum Seungri benar-benar menawan. Seungri juga mengacak pelan puncak kepala yeoja itu, membuat NaNa tiba-tiba menjadi sulit bernafas. ‘Seungri, kumohon jangan lagi!!!’ teriaknya dalam hati. Ah, Seungri benar-benar membuatnya berada didalam situasi sulit.
Menggemeletukkan gigi. ‘Tidak, hubungan ini harus segera berakhir. Seungri tidak mencintaiku lagi. Aku tidak ingin diperdayanya lagi. Ini harus berakhir. Ya, harus berakhir.’ Bimbangnya dalam hati.
Ditepisnya dengan halus tangan namja itu, membuat pemilik tangan sedikit tertegun menatap yeoja didepannya. Belum sempat Seungri memprotes, yeoja itu segera berujar, “Seung, ada yang harus kubicarakan denganmu.”
Namja itu tak bergeming, menatap yeoja yang berstatus sebagai pacarnya. Ia bersumpah dapat menangkap tatapan sendu dari pemilik iris kecoklatan itu. Nada bicara seorang Kim NaNa pun, terdengar begitu menyedihkan ditelinga Seungri. Dan semua ini, berujung pada singgahnya rasa sesak di dada namja itu. Sesak lagi?
Kembali menemukan suaranya ia berucap, “Benarkah? Baiklah, ayo kita bicara. Tapi jangan disini, aku tahu tempat yang jauh lebih baik.”
Pemilik iris kecoklatan menolak cepat, “Tidak usah Seung, aku janji ini tidak akan lama.”
“Ayolah, bukan masalah besar kan jika bicara ditempat lain? Kita juga sudah lama tidak bicara banyak” namja itu masih mempertahankan pendapatnya
Apa lagi ini? Tidak ada angin tidak ada hujan, seorang Lee Seung Hyun mengajaknya bicara. Biasanya, yeoja itulah yang membuat Seungri bisa berbicara lebih banyak karena faktanya namja itu hanya bicara seperlunya saja. Sangat membosankan bukan?
NaNa berusaha keras untuk menahan gemuruh dadanya. Karena disaat seperti inipun, Seungri masih saja bersikap egois. Selalu apapun yang ia inginkan, harus dianggukan oleh NaNa. Dan yeoja itu, tentunya harus selalu mengalah. Hal ini pulalah, yang ‘terkadang’ membuat NaNa merasa lelah.
“Baiklah. Jika itu maumu-” ucapnya pelan
‘Setidaknya, untuk yang terakhir kalinya’ sambungnya dalam hati
Ditatapnya sendu tangan Seungri yang menggenggam pergelangannya. Mendesah ia untuk yang kedua kalinya. Karena lagi, Seungri kembali membuatnya bimbang.
Flashback off
“Omong-omong, bagaimana mereka bisa menghubungimu?” Pemuda itu menatap yeoja dihadapannya santai, kemudian beralih menyeruput kopi hitam hangatnya. Mereka berdua sekarang berada di cafĂ© yang biasa mereka datangi. Tidak terlalu ramai hari ini. Mungkin karena belum waktunya istirahat makan siang. Taulah, hari ini adalah hari kerja.
NaNa tahu arah pembicaraan ini menuju kekejadian malam tadi, tapi tetap saja ia memandang Seungri kesal. Ia tahu Seungri sengaja memperlambat waktu, tahu kalau tadi NaNa telah mengatakan bahwa ia hanya akan melakukan obrolan singkat dengannya. Meski begitu, ia tetap menjawab, “Aku tidak tahu” benar-benar jawaban yang singkat.
Seungri tetap melanjutkan perkataannya, sesantai nada bicara kalimat pertama, “Well, kupikir karena mereka menekan first dial  di handphoneku” Konyol sekali, namja itu bertanya pada orang lain sedang ia sendiri tahu benar apa jawabannya.
Tertegun. “Apa?” setengah berteriak ia pada namja didepannya
Seungri mendelik kemudian balik bertanya, “Apanya yang apa?”
Dengan mata yang masih membola, yeoja itu segera menggeleng-gelengkan kepalanya cepat, “Ah tidak-tidak, sekarang berikan handphoneku dulu” kilahnya menutupi fakta bahwa ia terkejut hebat. ‘Bukankah Seungri tidak mencintaiku? Untuk apa nomorku menjadi first dial nya? Sialan, Seungri, taukah kau aku akan memutuskanmu ha? Jangan membuatnya sulit’ teriaknya dalam hati, frustasi.
Seungri memberikan benda-handphone-itu kepada pemiliknya. Yang disambut dengan rebutan cepat dari yeoja itu, takut-takut Seungri akan kembali menarik tangannya seperti tadi. Diceknya handphone tersebut dengan teliti, mungkin saja namja ini berbuat yang tidak-tidak dengan benda ini.
“Tenang saja, aku tidak mengapa-apakan handphonemu” kata namja itu melihat gelagat berlebihan NaNa ketika memeriksa handphonenya.
NaNa mengalihkan mata cokelatnya kepada namja didepannya, “Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu tersinggung” Oh Tuhan, mengapa nada bicaranya terdengar seakan-akan mengejek.
Mendengar itu, Seungri sedikit tersulut emosinya,“Ya! nada bicara macam apa itu” katanya setengah berteriak. NaNa menatap Seungri layaknya menatap anak kecil,
“Sudah ku bilangkan, maaf” ucapnya kali ini terdengar bersungguh-sungguh. Pemuda itu hanya mendengus kecil.
“Kali ini kumaafkan” sambungnya ditutup dengan tarikan sudut bibirnya keatas. Oh, sungguh ia benar-benar terlihat begitu manis jika seperti ini. Melupakan tujuan utama yeoja itu mengapa ia menemuinya.
NaNa menggeleng-gelengkan kepalanya lagi. Kembali memantapkan hatinya untuk mengakhiri. Pembicaraan ini mestilah juga berakhir segera. Atau tidak…yeoja itu akan kembali terperangkap kedalam pesona pemuda dihadapannya.
“Seung-ah”
Pemilik iris hitam menoleh sesaat setelah menyesap kopinya. Pemilik iris cokelat memandangnya dengan tatapan seperti biasa. Sendu.
“Wae? Jangan bicara tak jelas lagi kali ini oke?”. Menyinggung masalah di cafĂ© kemarin, yang tak ingin NaNa ingat-ingat lagi. Tapi ia hanya tersenyum lembut, senyuman pertamanya hari ini dihadapan Seungri.
“Aku harap kali ini akan sangat jelas… Seung, aku…lelah-”
Suara itu sarat akan keputusasaan, dan kesedihan. Airmatanya ingin meluap, tapi lekas ia tahan semampunya. Hanya satu hal yang ingin ia tunjukkan dihadapan namja ini. Bahwa ia kuat, dan tidak lemah.
“Aku lelah mempertahankan hubungan ini Seung, aku benar-benar lelah. Jujur aku takut kehilanganmu, tapi aku lebih takut… kau, tidak pernah bersungguh-sungguh mencintaiku.”
“NaNa, kau mulai lagi” Ujar Seungri dengan tidak suka. Ia terdengar gusar. Dengan memandangi bola mata yeoja itu saja, ia merasa tertekan entah mengapa
“Seung, terimakasih…untuk semuanya. Dan maaf. Aku ingin, kita berakhir. Ayo kita hentikan ini Seung, cukup sampai disini saja.” NaNa mengatakannya, pada akhirnya. Dan itu berarti ia telah melepas Seungri seutuhnya. Seharusnya ia senang telah-setidaknya berkata seberani ini kepada Seungri. Bukankah setelah ini ia tidak perlu mendengar Seungri menyebut-nyebut nama yeoja lain lagi? Atau menjemputnya di sebuah club sehabis minum alkohol tengah malam lagi? Atau mengompresi keningnya sambil menahan mual lagi? Dan yang terpenting, NaNa bahkan tidak akan tersakiti lagi setelah ini, oleh namja itu.
NaNa menatap manik hitam Seungri kelam, yang ditatap tak bergeming. Seungri tampak tak bisa bicara. Ia sejujurnya cukup terkejut, ternyata yeoja ini yang akan mengakhirinya terlebih dahulu. Dan ini, kedua kalinya ia diputuskan oleh seorang yeoja. Ya, NaNa adalah yeoja kedua yang memutuskannya. Setelah Park SoRa. Yeoja yang paling ia benci seumur hidupnya.
“Seungri” panggilan NaNa yang tiba-tiba membuyarkan lamunannya.
“Kim NaNa, kau benar-benar ingin kita berakhir? Apa kau menyesal telah menjadi pacarku?” Ada seperti perasaan tidak rela yang keluar bersamaan dengan kalimatnya. Tapi, sepertinya NaNa tidak melihat itu.
“Tidak Seung, aku tidak pernah merasa menyesal telah mencintaimu. Aku, mencintaimu tanpa imbalan. Dan juga, aku bahkan merasa bahwa aku terlalu mencintaimu. Tapi apa mau dikata? Tuhan memang sepertinya tidak menakdirkan kita bersama.” Kim NaNa menutup kalimatnya dengan senyuman. Meminta persetujuan dari Seungri untuk mengakhiri semua ini.
Tapi Seungri-perasaan tidak rela terus melingkupi hatinya. Dan lagi-lagi, sesak bergemuruh didadanya ketika mendengar yeoja itu berbicara.
Benarkah ia selama ini terlihat begitu tidak memerdulikan NaNa? Terlihat begitu tidak mencintainya? Hingga NaNa sampai bisa merasa lelah menjalin hubungan dengannya? Sumpah demi apapun ia tidak pernah berkomitmen dengan seseorang bukan karena ia tidak menyukainya.
Seungri tahu ia sangat mencintai yeoja itu.
Tapi alih-alih menolak, ia malah berkata, “Well, baiklah jika itu yang kau inginkan”
Yeoja itu tertawa miris, didalam hatinya. Ya, ia sudah menduga jika Seungri dengan senang hati akan menerima keputusannya. Ia menyesal pernah meragukan keputusan ini, tadi-barusan. Sesulit apapun ia melepas Seungri, ketibang dirinya, namja itu pasti akan merasa baik-baik saja walau tanpa ada NaNa disisinya.
NaNa tersenyum pilu, “Terimakasih~”ucapnya samar.
Seungri kembali tak bersuara.
Dan sekarang, NaNa bukan milik Seungri lagi. Dan juga sekarang, ia sadar bahwa tak ada yang mesti ia bicarakan lagi bersama yeoja itu. Cukup, cukuplah ucapan ‘terimakasih’ yang terlontar dari yeoja itu tadi yang mengakhiri pembicaraan mereka.
NaNa berdiri dan membungkuk kecil, “Aku pergi dulu” ucapnya berlalu. Entah sejak kepan, sebuah perpisahan bisa membuat seseorang menjadi lebih formal kepada orang lain, termasuk kepada mantan pacar?
Entahlah, NaNa hanya merasa, bahwa Seungri sekarang bukan siapa-siapanya lagi.
“Eh, tunggu. Coba periksa kotak masuk pesanmu. Ada pesan masuk pagi tadi, aku tidak sengaja membukanya.” Ucap Seungri, membuat NaNa tergopoh cepat membuka pesan yang Seungri maksud. Dari nomor yeoja ini lagi, ia segera membaca pesan tsb.
Dan segera ia mematung.
“Jam makan siang? Astga, ini hampir jam makan siang.” Bisik NaNa tertahan, dan kemudian segera melangkahkan kakinya cepat menuju tempat yang telah SoRa tetapkan. NaNa telah menyudahi urusannya dengan Seungri, waktunya menyudahi pula urusannya dengan yeoja itu. Ia membatalkan niatnya untuk menghajar yeoja itu. Ketika sampai, ia hanya akan mengatakan bahwa ia sudah berakhir dengan Seungri. Jadi ia tidak ada urusan apa-apa lagi dengan yeoja itu. Hanya itu saja, kemudian dia akan pergi. Bahkan berencana untuk tidak akan lagi menunjukkan batang hidungnya didepan SoRa. Bukan karena SoRa, tapi untuk dirinya sendiri, ia hanya sudah telalu lama merasa muak melihat yeoja itu. Itu saja.
Sekarang NaNa berlari kecil mengejar waktu. Persetan dengan Park SoRa. Ia hanya ingin semua ini selesai secepat mungkin yang ia bisa. NaNa terus berlari-lari kecil, tanpa tahu seorang namja mengikuti lajunya dari belakang.
~
‘Dan maafkan aku, di akhir aku melepaskanmu pun, aku bahkan tidak membalas ucapan terimakasihmu dan selamat tinggalmu. Dan kata yang begitu kau ingin dengarkan dari bibirku untuk terakhir kalinya, kata aku juga mencintaimu pun, aku bahkan tidak mengucapkannya. Maafkan aku NaNa, aku ternyata bukan namja yang baik untukmu. Sejujurnya, jika kau ingin tau, akupun ragu pada diriku sendiri apakah aku pantas bersamamu, apakah aku sanggup membahagiakanmu. Kau adalah yeoja terbaik yang pernah kumiliki. Dan aku ragu apakah yeoja sebaik dirimu pantas disandingkan dengan namja sepertiku. Dan terbukti NaNa, disaat aku selalu meyakitimu, kau selalu saja ada untukku. Menemaniku dan mencintaiku. Jadi ketika kau berkata kau ingin hubungan ini berakhir, aku benar-benar tak bisa berkata apa-apa lagi. Karena disanalah aku tersadar, bahwa aku tidak bisa membahagiakanmu, dan melepasmu adalah pilihan terakhirku. Maafkan aku NaNa. Aku tau kau kecewa denganku, jadi kumohon maafkan aku.  

~
Dari kejauhan NaNa melihat yeoja itu. Tepat ditempat kemarin ia mengerjainya. Tapi yeoja itu tidak sendiri, Park SoRa tidak sendiri. Ada dua namja disampingnya. Untuk apa gerangan SoRa membawa kedua namja itu? Bukankah pertemuan ini adalah pertemuan pribadi mereka berdua?
SoRa mendengar langkah kaki memburu NaNa. Ia berbalik dan memamerkan senyuman angkuhnya seperti biasa.
“Hai NaNa” sapa yeoja itu duluan ketika mereka telah sepenuhnya berhadapan.
“Siapa mereka? Bukankah pembicaraan kita akan sedikit pribadi?” ucap NaNa langsung tanpa berniat menjawab sapaan yeoja didepannya.
“Oh, jangan pedulikan mereka. Mereka hanya akan memegang kedua tanganmu dengan lembut.” SoRa tersenyum jahat kepada NaNa.
“Apa yang kau bicarakan? ” tanya NaNa menyelidik, ia memiliki firasat buruk akan kedatangan dua namja ini.
SoRa masih tersenyum dan dua namja itu, entah mengapa maju mendekati NaNa. NaNa lantas bergegas mundur beberapa langkah dan berteriak kepada 2 namja itu, “Apa yang akan kalian lakukan? Jangan menyentuhku. Berhenti disana, kubilang berhenti!!!”
Teriakkan NaNa sungguh tidak mampu menghentikan 2 namja itu, yang sekarang telah berhasil memeganng kedua tangannya. Kim NaNa meronta-ronta. Berusaha melepaskan lengannya dari cengkraman mereka. Dan ia
bisa melihat, sekarang, Park SoRa sedang tertawa geli melihatnya.
“SoRa apa-apaan kau? Apa kau gila?”
“Ya Kim NaNa, siapa suruh kau merebut Seungri dariku dan mengerjaiku seperti kemarin? Apa kau pantas melakukan itu semua padaku? Kau pikir aku akan diam saja atas semua perlakuanmu?” yeoja itu berucap santai kepada NaNa, seakan-akan ialah yang paling berkuasa didunia ini.
NaNa menatapnya benci, “Ya Park SoRa, kurasa kau sepenuhnya salah menilaiku. Aku tidak pernah sama sekali merebut Seungri darimu. Bukankah kau yang memutuskan Seungri sebelum aku menjadi kekasihnya? Kaulah yang mengejar-ngejar kekasih orang, kau tahu?” Makinya pada SoRa yang lantas membelalakan matanya.
“Apa? Aku megejar-ngejar Seungri? Kau bercanda? Masih banyak namja lain yang lebih baik daripada dia yang bisa aku kencani. Aku mengencaninya karena aku hanya merasa bosan. Dan Seungri datang kepadaku, bagaimana bisa aku tidak memanfaatkannya.” Ucap SoRa benar-benar merendahkan. Ia sungguh membuat NaNa muak sekarang.
“Mwoya? Tadi kau berkata padaku bahwa aku merebut Seungri darimu, tapi sekarang kau berkata kau tidak membutuhkannya? Kau hanya memanfaatkannya?!”
“Oh, begitulah aku. Aku hanya tidak ingin sesuatu yang seharusnya aku miliki, malah dimiliki oleh orang lain. Tapi tidak apa-apa jika kau memaksa, aku akan memberikannya padamu. Tapi untuk masalah beberapa hari yang lalu. Aku benar-benar tidak terima!”
“Ya! Kau kekanakan sekali, kau sekarang adalah yeoja yang sangat rendah dimataku. Apa karena masalah itu kau memanggil dua namja ini? Dasar kau yeoja sinting!” Makinya lagi pada SoRa yang kali ini membuat yeoja itu naik pitam.
‘Plak’ Sebuah tamparan sangat-sangat keras mengenai wajah Kim NaNa. Ia jatuh tersungkur kebawah dan memegangi pipi kanannya yang memanas. Yeoja ini keterlaluan, ia berani bermain fisik hanya disaat ada ksatria dikiri dan kanannya.
“Itulah balasan dari kelancanganmu Kim NaNa. Aku sudah meng-” belum selesai SoRa berkata, ia sudah membolakan kedua matanya lagi, tetapi kali ini lebih besar. Menatap lurus kebelakang 2 namja yang memegangi NaNa tadi. 2 namja itu sendiri tepat berada dibelakang NaNa. NaNa lantas membalikkan kepalanya dan menemukan seorang namja yang baru beberapa saat lalu ia temui. Ya Seungri berdiri disana, dengan geram menatap balik kearah SoRa.
Barang sedetikpun ia segera menghajar kedua namja suruhan Park SoRa sampai babak belur. Kedua namja itupun dengan cepat pergi setelah tahu bahwa Seungri adalah musuh yang tangguh untuk dikalahkan. Seungri memang tangguh, tapi mengapa ia bisa disini? Apa Seungri mengikutinya tadi? NaNa terus memandangi Seungri dan terus memikirkan bagaimana namja itu bisa berada disini ditengah perih pipinya. Oh ayolah, pipinya benar-benar perih. Mungkin sudah ada cap telapak tangan yeoja gila itu yang memerah berbekas dipipinya.
Seungri dengan cepat menghampirinya.
“Gwenchana?” tanyanya dengan nada khawatir.
NaNa menatap iris hitam itu dan mengangguk. Seungri terlihat sedikit lega mendengarnya, ia menoleh kearah Park SoRa. Yeoja itu memasang wajah ketakutan. Ia membisu memandang Seungri dengan kedua matanya.
“Se-Seungri” gagap yeoja itu ketika Seungri berjalan menghampirinya.
“Tepat sekali aku membiarkanmu mengakhiri hubungan kita Sora. Jika saja aku menghentikannya waktu itu, mungkin aku sudah terlalu jauh dimanfaatkanmu. Apa kau tahu bahwa aku menyukaimu tulus Sora? tapi apa tadi yang kudengar? lucu sekali menyukai gadis jahat sepertimu.” Maki Seungri didepan yeoja itu. Seungri benar-benar terlihat marah.
“Dan sekarang apa? Kau juga akan menggangu hidup yeoja yang selalu berada disampingku sekarang?! Apa kau sudah gila?! Apa hidupmu hanya kau manfaatkan untuk hal-hal seperti ini?!” Sekarang namja itu berteriak berapi-api, seakan ingin membakar yeoja didepannya hidup-hidup.
“Aku benar-benar tidak terima SoRa. Aku-” tangan Seungri terangkat, siap menampar wajah yeoja itu, tapi untungnya NaNa segera menghentikannya. NaNa berdiri didepan yeoja itu-membelakanginya-sambil merentangkan tangannya.
“Tidak Seung, kumohon. Dia yeoja” mohon NaNa pada namja itu. Ia mendengar samar tangis yeoja tepat dibelakangnya. Ya, SoRa menangis. Disaat tidak ada ksatria yang berdiri di sisinya.
Seungri tentu saja tidak jadi memukul SoRa, melihat NaNa sudah melindunginya. Ia mendengus kasar, “NaNa-ya, dia sudah memukulmu.”
NaNa menggeleng pelan. “Jangan kau yang melakukannya, kumohon.”
NaNa berbalik menghadap SoRa yang kini menangis sesenggukan, ia terduduk diatas tanah. Kemudian Nana memukul pipi yeoja itu pelan sekali dan berkata lembut namun sarat ketegasan, “Kau bodoh sekali SoRa. Apakah kau tidak tahu bagaimana jadinya jika Seungri marah? Aku bahkan ragu apakah kau pernah berkencan dengannya. Kau pikir tidak ada yang bisa menolongku ketika kau menyakitiku? Kau pikir dua namja suruhanmu itu yang terkuat? Apa kau pikir hanya dengan kekerasan semua masalah akan selesai? Tidak SoRa, kau salah besar. Dan kenapa kau sekarang malah menangis? Karena Seungri akhirnya tahu kau telah memanfaatkannya? kau tahu tidak akan ada yang bisa menolongmu disini? Apa kau menyesal atas semua tindakanmu? Aku tadinya kesini ingin bicara baik-baik denganmu. Tapi kau, kau merusak semuanya. Jika kau menyesal SoRa, minta maaflah pada Seungri. Kurasa dialah yang paling terluka disini, karena ketika dia bersama denganku pun, dia masih memikirkanmu.”
SoRa menatap yeoja didepannya yang berlinangan air mata. Bibirnya bergetar. Tidak lama iapun berucap lirih,
“Mianhae Seungri. Mianhae NaNa”
Manik hitam itu meneduh. Bibirnya terlengkung sempurna.
“Kau yeoja yang luar biasa NaNa” bisiknya dalam hati.
~
‘Dan sekarang, aku sungguh tak ingin melepasmu pergi. Aku ingin memilikimu NaNa. Aku ingin selalu memandang wajahmu. Aku ingin selalu memandang senyum tegarmu. Aku ingin menggandeng tanganmu. Aku ingin berkata bahwa aku menyesal tidak memperlakukanmu dengan baik dahulu. Aku ingin memperbaikinya NaNa, adakah kesempatan kedua untukku?'
~
Flashback
Namja itu terlihat kacau. Terang saja, beberapa waktu lalu hubungannya dengan sang pacar telah kandas. Ia
terpuruk, yeoja itu telah menjatuhkannya dan rasanya benar-benar sakit. Ia terlalu mencintai yeoja itu. Ia mencitai yeoja itu dan yeoja itu juga mengaku mencintainya. Tapi mengapa hubungan mereka bisa berakhir? Dan mulai detik itu, SoRa adalah yeoja yang paling Seungri benci didunia ini. Ia melihat seorang yeoja-sebayanya berjalan kearahnya dan tersenyum ramah. Seungri pikir yeoja itu tersenyum bukan untuknya. Tapi setelah ia melihat sekeliling, tak ada siapapun dihalte ini kecuali dirinya.
“Annyeong, bukankah kau Lee Seung Hyun?” sapa yeoja itu dan segera mendudukan dirinya disamping namja itu.
 Seungri mulai kebingungan karena ia sama sekali tak mengenal yeoja ini.
“Apakah aku mengenalmu?” tanyanya terlihat bodoh.
Yeoja itu tertawa, “Kau keterlaluan. Aku teman sekelasmu di kampus. Aku Kim NaNa. Senang bertemu  denganmu.”
Ucapnya masih dengan tersenyum.
“Ah mian, aku bahkan lupa bahwa aku kuliah.” ucap Seungri sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Lagi-lagi yeoja itu tertawa.
“Gwenchana. Aku juga tidak terlalu menonjol dikelas, jadi banyak orang yang tidak menyadari keberadaanku. Tapi apakah kau sedang punya masalah? Kau terlihat kusut.” Tanyanya mencoba terlihat akrab
“Ah tidak. Hanya saja, aku baru saja putus dengan pacarku.” Entah mengapa Seungri dengan mudahnya mengatakan masalah ini dengan orang yang baru saja dikenalnya.
“Oh maaf. Aku seharusnya tidak bertanya.” Sesal NaNa kemudian, ia jadi tak enak Seungri mengatakan masalah pribadinya.
“Tidak apa-apa. Semuanya sudah terjadi…” lirih Seungri sambil menatap kosong kedepan. NaNa menatap wajah namja itu yang terlihat menyedihkan. Apakah putus cinta se-me-nye-dih-kan ini? NaNa membuka tas birunya dan mencari sesuatu. Cokelat, bukankah cokelat bisa membuat hati seseorang menjadi bahagia? Mungkin Seungri membutuhkan cokelat saat ini. Ketika ia telah menemukan cokelatnya, segera ia membuka pembungkus cokelat itu dan disodorkannya kearah Seungri, “Kau mau cokelat?” ucapnya yang membuat Seungri menoleh.
“Maaf, tidak ada yang bisa kulakukan untuk membuatmu lebih baik. Aku hanya punya ini. Tapi cokelat juga bisa menumbuhkan perasaan bahagia loh. Ayo ambil” perintah yeoja itu ramah, lawan bicaranya memandangnya sebentar dan beralih ke cokelat ditangannya. Tangan namja itu bergerak mengambil cokelat dari tangan sang pemilik.
“Gamsahamnida” katanya sambil menatap cokelat yang sekarang telah menjadi miliknya, lekat.
NaNa tersenyum dan bangkit dari duduknya,
“Bisku sudah datang Seung Hyun. Sampai jumpa besok ya. Kuharap besok kau lebih baik.”
Seungri tersenyum dan mengangguk, NaNa pun masuk kedalam bis yang berhenti tepat didepannya.
Seungri bergumam, “ Sampai jumpa besok…… Kim NaNa”
~
“Apakah ini sakit?” tanya Seungri, ia sedang mengompresi bekas tamparan SoRa dipipi kanan NaNa.
“Seungri, nan gwenchana.” Jawab NaNa singkat. Ia ingin secepatnya pergi dari tempat ini, apartemen Seungri.
“NaNa, kau terluka karena aku. Atau, anggap saja ini balas budiku padamu karena telah menolongku di club kemarin-” kata Seungri tertahan, Ia menghentikan sejenak kegiatannya mengeompresi NaNa dan menatap yeoja itu menyesal.
“Mian NaNa, aku tidak menepati janjiku berhenti minum. Malam itu aku benar-benar frustasi memikirkan hidupku.” Ucap namja itu tulus memandang manik cokelat milik Kim NaNa.
NaNa mendengus pelan, “Semuanya telah terjadi Seungri, tidak ada gunanya kau meminta maaf. Aku tahu aku juga tak berhak menuntut banyak darimu. Maaf karena aku mengekang hidupmu.”
“Tidak NaNa. Kau tidak pernah mengekangku sama sekali. Aku harusnya tahu, semua itu untuk kebaikanku sendiri.”
NaNa tidak berkata apapun. Ia hanya tidak pernah melihat Seungri semenyesal ini. Seungri berkata begitu tulus dan manik hitam itu tidak pernah seteduh ini.
Seungri kembali mengompresi pipi yeoja itu.
“Apakah sudah lebih baik?”
“Ya” ucapnya singkat.
“Itulah sebabnya aku tidak pernah menyuruhmu mendekati yeoja itu, NaNa. Aku tahu betul bagaimana sifat SoRa. Dia akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia mau.”
Dan kilasan memori tentang apa yang diucapkan Seungri beberapa hari yang lalu pun kembali terngiang ditelinganya. Kata-kata yang mampu membuat NaNa terluka.
“Berikan aku alasan, Seung” ucapnya lemah. Seungri memicingkan matanya, tentu saja masih dengan ekspresi marahnya “Untuk apa?” tanyanya sarkatis
“Berikan aku alasan, mengapa aku tidak boleh mengganggunya dan mengapa kau membelanya” Seungri sesaat mengalihkan pandangannya, tak ingin mendapatkan tatapan menyedihkan dari yeoja itu. Seungri terdiam sejenak kemudian menatap NaNa kembali
“Karena aku masih terus saja memikirkannya”
“Tapi kau bilang kau masih memikirkannya.” Yeoja itu berucap pelan yang membuat Seungri menatapnya dalam.
“NaNa, aku memikirkannya karena aku mengkhawatirkanmu. Bagaimana bisa aku membiarkanmu bertemu dengan yeoja seperti SoRa? SoRa adalah tipe pendendam. Dan ketika aku melihat kau mengerjainya. Aku mulai takut, bisa saja dia suatu hari nanti membalas demdamnya padamu disaat aku tidak ada disisimu NaNa.”
NaNa banyak melihat ketulusan hari ini didalam diri Seungri. Tapi mengapa semua itu baru ia tunjukkan sekarang? Disaat mereka tidak lagi bersama?
“Aku tidak terkejut mendengar apa yang SoRa tadi katakan padamu. Sebenarnya aku sudah tahu itu semua lama sekali. Kau ingat ketika kita pertama bertemu di halte waktu itu? Aku memang terpuruk NaNa. Aku memang telah dijatuhkan. Tapi kau tahu apa yang membuat rasa sakit itu lebih dalam lagi? Tepat setelah Ia memutuskanku, ia menggandeng tangan namja lain dan juga berkata bahwa ia sebenarnya tidak pernah mencintaiku. Dan mulai detik itu, SoRa adalah yeoja yang paling kubenci didunia ini.”
Iris cokelat itu melebar mendengar kalimat terakhir Seungri, “Jadi, dia orangnya?” tanyanya berhati-hati merujuk pada seseorang yang telah ditetapkan oleh Seungri sebagai seseorang yang paling ia benci.
Seungri hanya mengangguk pelan menunjukkan kata benar nya.
“Kupikir kau masih mencintainya.”
“Ya. Tapi tidak lagi setelah aku bertemu denganmu.”
Dan untuk keberapa kalinya, iris cokelat itu kembali membola sempurna. Kali ini, untuk pertama kalinya, entah mengapa NaNa merasa jika namja itu sungguh-sungguh mencintainya.
~
“Kau bilang aku apa? Menyebutkan namanya didalam tidurku?” Seungri tidak percaya dengan apa yang dibicarakan NaNa. Tidak, tidak mungkin ia memimpikan Park SoRa.
“Ya. Dan untuk pertama kalinya, aku menangis karenamu.”
Lagi-lagi Seungri terlihat menyesal, mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Berpikir betapa cerobohnya ia bahkan ketika terlelap.
“NaNa percayalah. Kupikir kau mungkin salah mendengarnya. Walaupun benar, tentu saja itu hanya didalam tidur.”
“Mengapa selama ini kau begitu dingin terhadapku Seung. Kau sama sekali tidak pernah peduli. Sekarang, ketika kita telah berpisah. Kau benar-benar berubah.” Untuk pertama kalinya, yeoja itu meluapkan resah yang selalu disembunyikannya dari Seungri. Ya, selama ini ia pikir namja itu tidak perlu mengetahui segala resah yang dirasakannya, tidak ingin Seungri merasa tertanggu atau apapun itu.
“Maaf aku tidak menjadi seperti apa yang kau inginkan. Aku mencintaimu. Hanya saja, aku merasa tidak akan pernah menjadi seorang yang betul-betul kau inginkan. Aku selalu merasa tidak pernah pantas berada disampingmu. Lihat NaNa, tidak ada yang bisa aku beri kepadamu selama kita bersama.”
“Maaf tidak menjadi apa yang kau inginkan NaNa. Tapi bisakah, untuk terakhir ini saja. Aku meminta kesempatan
kedua.  Aku tahu aku tidak sempurna. Tapi bersamamu, aku akan menjadi lebih baik lagi.” Tambah namja itu seakan
apa yang ia  sebutkan tadi adalah sesuatu yang mudah dilakukan. NaNa bukannya tidak ingin kembali atau apa
Sungguh ia ingin berada disisi namja itu lagi setelah mengetahui bahwa namja itu juga mencintainya. Tapi apakah
 Seungri berkata benar? Apakah yang barusan ia ucapkan benar-benar berasal dari hatinya?
“Percayalah padaku dan aku akan mencoba memperbaikinya” ucap Seungri seakan mengerti apa yang sedang
dibimbangkan yeoja itu didalam hatinya.
“Apa kau berjanji?”
“Ya aku berjanji” 
“Apa kau akan mengulanginya.”
“Tidak akan. Tenggelamkan aku di sungai han jika aku mengulanginya lagi.” Ujar namja itu lagi terlihat bersungguh-
sungguh. NaNa terkekeh pelan mendengar perkataan Seungri tadi kemudian mengangguk. Membuat kedua iris
hitam itu berbinar. Kemudian namja itu tersenyum lebar.
“Kau harus membuktikannya atau aku akan benar-benar menenggelamkanmu.” Ucap NaNa sembari tersenyum
 kecil. Ya, ia memberikan kesempatan kedua untuk Seungri, membiarkan Seungri membuktikan bahwa ia benar-
benar mencintainya.
~
“Jika kalian mengetahui Tuhan telah menakdirkan kalian bersama, masikkah kalian meragukan hal ini? Dapatkah kalian meragukan apa yang Tuhan takdirkan? Percayalah, Tuhan mempunyai sebuah cara untuk kebahagiaan hamba-hambaNya”